Minggu, 18 November 2012

Belajar dari Handy Chang Bagaimana Membesarkan usaha

Belajar Bagaimana Handy Chang membesarkan Rumah dan properti, menjualnya kepada iProperty dan kini membangun Indotrading

 

Karena keinginan saya yang kuat sekali untuk mengalahkan Rumah123, saya kerja tidak mengenal waktu, termasuk Sabtu dan Minggu. Passion saya sendiri sebenarnya di traffic. Saya sangat suka untuk mengembangkan portal. iProperty juga perusahaan Tbk, ketika mereka melakukan akuisisi rumah123 dan rumahdanproperti dengan harga fantastis, sharenya malah naik, karena investor senang, mereka masuk indonesian market
Kalau kamu post di Facebook dan Twitter, postingan kamu akan tertimpa post lainnya, beda dengan SEO yang bersifat permanen.

Handy Chang  adalah founder Indotrading.com yang merupakan portal yang memiliki visi membantu UKM bukan hanya berjualan untuk market Indonesia saja tetapi juga market luar negeri. Handy ternyata memiliki cerita tidak hanya tentang Indotrading, tetapi Ia juga founder RumahdanProperti.com yang diakuisisi oleh iProperty. Akuisisi ini juga bersamaan dengan akuisisi Rumah123 milik Saratoga Group oleh pihak yang sama pada pertengahan 2011.

Di artikel ini Handy membagi tentang apa diferensiasi dari Indotrading dibandingkan pemain lainnya dan bagaimana Indotrading bisa membantu UKM untuk memasarkan produk, termasuk bagaimana ia membangun rumahdanproperty dari nol, membesarkannya selama setahun kemudian menjualnya kepada iProperty, apa yang membuat iProperty tertarik untuk membeli startupnya dan apa saja kesalahannya dalam membangun rumahdanproperty.

Indotrading.com merupakan portal yang memiliki visi membantu UKM bukan hanya berjualan untuk market Indonesia saja tetapi juga market luar negeri.

Perbedaan antara kita dengan tokobagus.com atau berniaga.com. kita tidak hanya berbisnis iklan dan kita juga berusaha untuk menciptakan suatu komunitas antar UKM dengan UKM. Jadi, antara bisnis dengan bisnis dapat saling bertransaksi dengan menggunakan fasilitas-fasilitas atau tools-tools yang ada di indotrading. Kita juga memiliki tools untuk pembuatan penawaran secara online sehingga mereka dapat langsung melakukan penawaran.

Nah, kita berusaha untuk membedakan diri yaitu kita didukung oleh sistem berbahasa inggris. Jadi, untuk ke depannya sendiri tidak menutup kemungkinan untuk mengajak UKM dari luar negeri. Coba deh kalau sekarang ini kamu melihat expo-expo, banyak sekali perusahaan Cina yang ekspor di Indonesia. Mereka sendiri sekali ekspor berani untuk membayar hingga ratusan juta. Sementara, mereka memiliki kelemahan untuk berkomunikasi di mana mereka hanya bisa berbicara dengan bahasa cina dan bahasa inggrisnya sangat limited. Saya sampai bingung mengapa mereka melakukan investasi hingga ratusan juta di Indonesia padahal mereka hanya bisa berbicara bahasa Cina dan tidak adanya translator. Mungkin, saya pikir bahwa mereka ingin mencari partner untuk supplier barang mereka. Sementara mereka berharap bahwa di sana ada bisnis owner yang bisa berbahasa Inggris atau Cina sehingga mereka dapat bertransaksi karena adanya komunikasi yang nyambung. Saya sempat ke perusahaan eksponya bahan-bahan bangunan.

Saya melihat disana kalau kita bisa membangun suatu komunitas dimana ada pebisnis yang supplier, dealer, atau importir, eksporter, maka kita dapat mengajak mereka untuk menjadi member kita, yang istilahnya adalah advertiser. Tentu saja mereka akan merasa senang karena kita membantu mereka agar dapat berkomunikasi dengan Indonesian business man atau Indonesian business partner. Jadi, saya memang mendesain Indotrading.com untuk mentarget tidak hanya lokal namun juga luar negeri dengan keyword-keyword SEO yang benar-benar ditargetkan.

Jadi, setiap URL, setiap produk itu memiliki dua deskripsi yaitu Indonesia dan Inggris. Sementara URL untuk setiap produk ada dua, selain untuk SEOnya juga untuk mentarget Indonesia dan luar Indonesia. Sebagai contoh, Cina. Kenapa cina bisa maju dan memiliki expo yang luar biasa? Padahal, dulu Cina dan Indonesia sama-sama miskin. Hal ini dikarenakan ekspor industry kecilnya jalan. orang Cina sendiri sebenarnya memiliki kesamaan dengan orang Indonesia asli, yaitu tidak bisa berbahasa asing.

Pertanyaannya, kenapa Cina memiliki barang yang dapat diimpor oleh semua orang di berbagai belahan dunia? Padahal, kalau kita mengimpor barang-barang dari Cina, kita tidak melihat ada manual dalam bahasa inggris. Tapi, still people buy.
Kelebihan mereka adalah mereka know how to market the product  melalui internet, salah satu media yang paling efektif. Mungkin, kelebihan lainnya adalah karena pemerintahan mereka juga mendukung. Expo-expo oleh pedagang Cina banyak yang dibiayai oleh pemerintah. Jika ada barang yang dikembalikan ke China, tax nya bisa diklaim balik ke pemerintah. Sementara Indonesia kekurangan dari segi dukungan dari pemerintah.

Nomor dua adalah cina memiliki media yang dapat membantu mengeksploitasi produk mereka di luar. Sementara, di Indonesia sampai saat ini belum ada website yang benar-benar mendukung, tidak ada versi bahasa inggrisnya. Di Indonesia, economy growth  bisa mencapai 6% sampai 7% bukan karena ekspor melainkan domestic demand. Konsumsi domestic kita begitu luar biasa. Tapi, yang menjadi pertanyaannya adalah seberapa lama bisa bertahan? Kalau saja kita bisa membantu para UKM dengan membeli oleh-oleh dari daerah tertentu dan diekspor ke luar negeri, who knows?
Saya sendiri dari Medan, di mana Medan itu memang sering ekspor sayuran ke Singapura. Kebanyakan dari mereka (para petani) itu tidak tahu bagaimana cara mengekspor sayuran tersebut karena mereka sendiri tidak mengenal internet. Sementara orang asing yang ingin mengeskpor contoh cabai, lada, atau sebagainya tidak mendapatkan informasi secara lengkap di internet. Sehingga, hal inilah yang menjadi kendalanya.

Kita juga memasang banner-banner di google adsense yang mentarget sektor tertentu seperti agraris dan alat teknik.

Memangnya, sayur bisa dikirim jauh seperti itu?
Bisa. Kebanyakan sayur-sayuran di Malaysia dan Singapura itu diimpor dari medan. Hal ini dikarenakan Medan memiliki letak geografis yang paling dekat. Kenapa tidak bisa? Kita sendiri impor apel dari Cina. Jeruk juga dari Cina. Ya sebenarnya tujuannya adalah perusahaan-perusahaan dapat saling bertransaksi melalui situs kita. Kita ingin dipercaya. Jadi, di Indotrading tidak ada individu-individu yang menjual suatu produk seperti di kaskus, misalnya saya ingin menjual handphone saya sendiri. Ketika anda masuk ke situs kami, maka anda akan mengetahui bahwa “we are company”. Indotrading adalah situs perdagangan di Indonesia untuk membantu para UKM.
UKM yang menjadi fokus Indotrading itu UKM seperti apa ?
Kita sendiri sebenarnya tidak ada spesifik. Hanya saja, kita lebih prefer kepada sektor-sektor barang yang tidak fast moving atau tidak dapat dijumpai di commerce store. Seperti contoh, gadget atau handphone. Itu semua bukanlah target kami.

Namun, kalau untuk fashion sendiri jika ia membuka usaha konveksi baju muslim dalam jumlah besar, nah itu termasuk sebagai target kita. Sementara target kita bukan untuk yang menjual secara satuan karena kita lebih ke produk catalog. Jadi, semua perusahaan yang memasarkan produk di kita, mereka dapat memasarkan produk catalog. Lebih ke yellow pages namun secara online. saya terinspirasi untuk menjalankan bisnis ini karena di Malaysia maupun Australia, buku yellow pages sendiri sudah tidak ada. Tapi, kenapa di Indonesia mereka masih bisa mencetak profit yang begitu fantastis? Saya pernah bertanya kepada sales manager kalau tidak salah mereka bisa menghasilkan profit besar untuk yellow pages sendiri. Jadi, tidak menutup kemungkinan jika ada perusahaan retail seperti menjual komputer dan sebagainya, mereka diperbolehkan untuk masuk ke situs kami. Dan banyak sekali perusahaan seperti alat berat, importir cctv, fingerprint, barcode reader berani bayar puluhan hingga ratusan juta di Yellow Pages. Barang-barang B2B ini kan sulit dicari di ecommerce, sulit untuk kita cari dumptruck atau genset di Tokobagus. Ini lah yang ditarget Indotrading untuk B2B walau tidak menutup kemungkinan juga consumer product seperti produk komputer.

Bagaimana awalnya seorang Handy bisa masuk dan terjun ke dalam bisnis seperti ini ?

Saya sendiri sebelumnya bisnis sudah lumayan lama. Saya sebenarnya founder Jakarta Web Hosting dan Sixdotnet.com (hosting juga) Waktu saya di Australia sendiri, saya juga sudah terjun ke dunia bisnis dan banyak terjun di web hosting dengan market di Australia dan Amerika dimana kita menjual hosting yang konsentrasinya di Web hosting untuk Windows. Jadi, dari sana sendiri saya sudah belajar yang namanya SEO karena kebetulan waktu di Australia, saya lebih maju jika dibandingkan dengan di Indonesia. Saya sendiri awalnya memang sudah tertarik untuk bermain SEO, hingga pada akhirnya saya tekuni. Waktu itu sendiri kompetisinya belum segila sekarang dan masih belum sulit untuk bisa menjadi yang nomor satu di Google. Nah, ketika saya di Australia dan mencoba untuk membuka bisnis, saya sudah menjadi entrepreneur dan quit fulltime job, bisa beli mobil sendiri dan rumah sendiri.

Waktu itu usia berapa ketika keluar kerja?

Sekitar 22 tahun.

Sementara itu, untuk mulai kerja sendiri kapan?
Waktu itu saya kuliah sambil kerja. Jadi, saya pernah bekerja di Commonwealth Bank di Malaysia, saya pernah berpengalaman magang. Sekitar usia 22-23 tahun saya sudah quit job  Jadi, saya sudah fulltime business dan sudah main di SEO khusus untuk hosting. Tapi, saya belum memiliki pengalaman untuk membuat portal. Pada saat menjalankan bisnis hosting sendiri saya memiliki banyak klien dimana mereka berhasil membuat bermacam portal di US atau Australia yang begitu fantastis dan saya perhatikan “wah kok bisa ya?” Jadi, setelah di Australia karena pada dasarnya saya memang berkeinginan untuk mengembangkan bisnis, saya memutuskan untuk pindah ke Malaysia yang saat itu diajak teman, karena di Australia labour cost sangat tinggi.

Oke, balik lagi ke hosting. Bagaimana caranya untuk mendapatkan klien? Dari SEO atau dari mana?

Awalnya, kita tidak memiliki budget dan semuanya sendiri berasal dari SEO. Sementara zaman dulu kompetisinya masih sedikit. Contoh, di google jika anda ingin menjadi nomor satu, anda tidak bisa hanya dengan banyak backlink doang. Namun, siapa yang memiliki original konten untuk pertama kali. jika saya memiliki original konten, namun tidak memiliki backlink, kamu akan merasa kesulitan untuk mengalahkan saya.

Kebetulan, waktu itu saya pioneer dalam windows hosting ASP dot net yang waktu itu ASP dot net masih beta. Sementara waktu saya start, hanya ada sekitar lima company yang juga melakukan start (menjual hosting). Jadi kalau orang googling ASP dot net hosting ya datangnya ke kita, pada saat itu persaingannya tidak sesulit sekarang ini.

Waktu saya pindah ke Malaysia, saya melihat ada sebuah website namanya iProperty  sekitar tahun 2006-2007. Sementara waktu di Australia saya juga pernah melihat property portal namanya realestate.com.au. Saya juga sempat cari rumah kontrakan dan merasa bagus dan jelas sekali mencari dari portal perumahan ini, saya mendapatkan informasi secara detail. Namun, di Indonesia sendiri belum ada.

Dari situlah, saya mulai tertarik dan berpikiran untuk membuat portal realestate.au. hanya saja pada saat itu waktu saya terbatas sekali dengan waktu karena saya masih fokus pada hosting. Namun, ketika saya pindah ke Malaysia dan telah mendapatkan karyawan untuk memanage hosting saya, saya berniat untuk mewujudkan keinginan saya itu dan akhirnya memutuskan bahwa inilah waktunya untuk saya venture into this.

Saya mengecek model-modelnya realestate.com.au dan iProperty, saya combine-combine dan jadinya rumahdanproperti.com. Untuk kuliah sendiri, saya mengambil programming. Tapi, karena di Indonesia saya mendapatkan bantuan, saya jadi lebih ke business development. Namun, memang saya memiliki hobi di coding. Pada saat itu pesaing saya adalah Rumah123.com.
Nah, pertanyaannya mengapa rumahdanproperti bisa maju dan mengalahkan yang lain dengan cepat karena kebetulan saya hoki dan mengetahui apa yang sebenarnya mereka tidak tahu, seperti keunggulan-keunggulan yang saya dapatkan ketika saya di luar negeri terkait SEO atau yang lainnya. Sehingga, rumahdanproperti pada akhirnya berhasil maju dan menyalib berbagai portal property yang lainnya seperti propertykita dan hampir menyamai dengan rumah123 ataupun rumah.com. Sebenarnya, rumah123 sendiri dulu masih dikelolai oleh Sandiaga Uno sebelum dibeli IProperty, SEOnya bisa dibilang parah. Sampai akhirnya saya sempat bekerja di rumah123 untuk memperbaikinya sementara situs saya dibeli sama iProperty, Saya bekerja hampir delapan bulan sebagai marketing manager dan ikut memperbaiki SEOnya termasuk link structurenya. Dan sekarangpun rumah123 bisa menjadi luar biasa karena SEOnya sendiri juga sudah diperbaiki. Dulu memang propertikita atau yang lain sebagainya tidak mengetahui SEO sehingga trafficnya kurang begitu bagus.

Biaya operasionalnya website online property kenapa bisa besar ? Digunakan untuk apa saja?
Untuk di indotrading atau di rumahdanproperti, biaya operasional sendiri besar di bagian sales. Hal ini dikarenakan kita hunting for content. Untuk saya sendiri, content saya adalah barang dagangan orang. Sementara dulu ketika di rumahdanproperti, kontennya adalah property orang. Kita juga harus mencari content ke agen-agen. namun, dulu agen-agen tersebut seringkali menolak. Beruntung, di zaman sekarang ini sudah cukup maju dan mereka juga sudah mulai mengerti. Hanya saja, kendalanya mereka tidak tahu bagaimana caranya memasukan produk, training sementara itu semua free of charge sehingga dapat dikatakan hal inilah yang menghabiskan waktu, tenaga, biaya serta edukasi kenapa kita lebih bagus daripada koran. Dulu, koran Kompas memiliki iklan property yang banyak sekali. Namun, sekarang masyarakat sendiri lebih memilih untuk menggunakan internet karena jauh lebih efektif dan iklan di koran tersedot banyak sekali.

Jadi, kenapa mereka (iProperty) beli dua karena mereka memonopoli market. IProperty sendiri adalah perusahaan terbuka di Australia yang memiliki dana yang begitu besar dengan bertujuan untuk memonopoli market. Jadi, mereka memberitahukan agen kalau mereka ingin masuk ke I-property, mereka membayar untuk satu kali fee akan mendapatkan dua listing. Sementara jika ke kompetitor lain, agen hanya akan mendapatkan satu listing saja.

Apakah nilai akuisisinya bisa dibuka?

Bisa dilihat di press releasenya Saya menjual Rumahdanproperti senilai 500 ribu AUD kalau dirupiahkan mencapai Rp 5 milliar. Sementara untuk rumah123 nilainiya bisa dilihat di sini

Jadi, bagaimana strategi untuk membesarkan market property?

Sebenarnya, kalau saya mau bilang pada saat itu ada hoki. Mungkin, saya memiliki keunggulan di bidang SEO dan programming. Jadi, saya mengcombine dua skill tersebut sehingga saya bisa menang dari yang lain. Hal ini lantaran rumah123 bukanlah founder yang mengoperasikan bisnis, melainkan hanya investor. Mereka mencari orang untuk menjalankannya. Sementara, saya mungkin pada saat itu adalah satu-satunya founder yang terjun langsung ke lapangan. Sebenarnya, kunci utama adalah fokus pada bisnis online. sementara hosting benar-benar saya tinggalkan untuk mengejar visi dan misi membangun bisnis ini. sebenarnya, kalau I-property tidak masuk, kemungkinan besar saya tidak akan menjualnya. Saya sendiri menjualnya karena saya merasa takut kalau sudah ada pemain asing yang masuk. Hal ini dikarenakan dalam dunia portal, apalagi untuk bagian classified property sendiri hanya ada satu nama saja. Nomor satu adalah yang orang cari. Di Australia sendiri sudah terbukti, dimana yang berada di nomor dua dan tiga itu mati karena hanya pegang 10-20% market share. akhirnya, saya memutuskan untuk menjual secara penuh kepada mereka karena saya tahu saya tidak akan menang melawan mereka sementara modal mereka luar biasa besar. Rumahdanproperti saat itu juga belum untung dan selama setahun saya tahan kerugian pakai kantong sendiri.

Pada saat itu, cara memasarkan rumah dan property selain SEO bagaimana?
Sebenarnya, saya sendiri bukan orang social media. Kita tidak menggunakan social media untuk mempromosikan rumahdanproperti. Jadi, kita benar-benar memfokuskan ke SEO. Ketika orang menjual rumah di daerah tertentu, kita make sure bahwa kita adalah yang nomor satu.
Pemakaian social media hanya automated posting, setelah memasukkan listing bisa otomatis diposting ke social media. Tetapi tidak ada orang yang benar-benar memaintain konten social media.

Waktu itu, Handy single founder ya?

Iya, single founder. Dulu, di rumah dan property, tim kita sedikit sekali karena dulu dengan limited cost. Waktu itu, di Rumahdanproperti hanya lima orang. Sementara salesnya sendiri ada dua orang, dua admin dan saya sendiri. Bisa dijual 5M setelah satu tahun saya dirikan bisa dibilang karena hoki.

Apa yang bisa menentukan harga akuisisi bisa seperti itu?

Sebenarnya, tergantung dari buyer sendiri. Ketika mereka sudah greedy dan mereka benar-benar mau masuk market, mereka pasti berani membeli dengan harga yang tinggi. Seperti di luar negeri, value product sebenarnya tidak fantastis. Facebook akuisisi instagram di mana sebenarnya belum profit, valuenya berdasarkan projection, berdasarkan greedy, foundernya Facebook merasa ketika melakukan akuisisi bisa add value.

Iproprety juga perusahaan Tbk, ketika mereka melakukan akuisisi rumah123 dan rumahdanproperti dengan harga fantastis, sharenya malah naik, karena investor senang, mereka masuk indonesian market, karena duitnya juga datang sendiri dari investor dan mereka tidak keluar uang dari cash sendiri. Mereka sebelumnya no 1 di  Malaysia dan no 1 di Singapura, Indonesia punya market jauh lebih besar daripada Malaysia dan Singapura. Ketika mereka create news ini, investor senang dan mengeluarkan uang puluhan miliar bagi investor Australia itu kecil.
Jadi, ketika kamu bertanya mengapa valuenya bisa seperti itu karena saya membuka harga sekian. Kebetulan, mereka memang berkeinginan untuk membeli.

Apa dia tidak menanyakan user anda ada berapa?

Tentu saja ada. Mereka lakukan due dilligence Pasti mereka memiliki alasan mengapa mereka berani untuk membeli seharga 5M. Kalau mereka merasa bisa membuat sendiri kenapa harus beli punya kamu ?
Karena memang pada saat itu organic traffic saya bagus sekali. Sementara untuk rumah123 sendiri, dulu purely paid traffic, Rumah123 melakukan invest besar-besaran di paid traffic. Dari dulu, rumah123 itu bisa mencapai peringkat satu karena purely paid traffic. Oleh karena itu, dana dari investornya besar karena mereka benar-benar andalkan paid traffic dengan banyak orang yang telah ingat dengan brand mereka karena dari paid traffic. Kebetulan, waktu itu data mereka yang paling lengkap juga. Jadi, kenapa mereka membeli rumahdanproperti karena organic traffic saya memang bagus. Sementara rumah123 dibeli dengan share (saham). Dimana 10M secara tunai, sisanya 35M dengan saham IProperty. Jadi, founder menerima 10M secara cash, sementara sisanya dalam bentuk saham. Tapi, 35M zaman dulu itu 20 sen per share sementara sekarang 1,2 per share. Tinggal dikali saja untungnya.

Waktu setahun membangun rumah dan property, apa lagi resepnya selain fokus dan SEO?
Jujur saja, waktu saya membangunnya pertama kali saya merasakan jatuh bangun sampai saya merasa frustasi dan ingin menutup karena biaya operasionalnya yang sangat besar, saya juga mengeluarkan sedikit biaya adwords. Hanya saja dengan bermodalkan nekat dan ambisi saya untuk mengalahkan rumah123 benar-benar membuat saya termotivasi. Passion saya ingin mengalahkan rumah123 karena pada saat itu fight di marketnya juga lumayan kencang.

Dulu, ketika kita bertemu dengan agen property, banyak yang bilang “saya sudah masuk rumah123”. Sehingga, saya berusaha untuk mencari apa yang tidak dimiliki oleh rumah123.  Kita memperbaharui tools-tools yang ada di website kita untuk lebih bisa friendly, powerful. Salah satu contohnya adalah tool ketika mereka ingin memasukan property, mereka dapat langsung mempostingnya ke Facebook mereka sendiri. Jadi, kita create banyak tools untuk fight.
Saya sendiri tahu bahwa kita harus menjadi nomor satu untuk dapat survive di market. Kalau kamu berada di nomor dua, tentunya orang merasa malas untuk memasukan listing. Sekarang banyak sekali seperti tokobagus.com, berniaga.com. tentunya kita mencari yang paling bagus bukan? oleh karena itu, orang pun lebih memilih kedua situs tersebut karena mereka berada di nomor satu dan dua dan telah masuk juga ke televisi. Sama juga seperti property. Karena keinginan saya yang kuat sekali untuk mengalahkan Rumah123, saya kerja tidak mengenal waktu, termasuk Sabtu dan Minggu.

Jadi, benar-benar sendiri ya mengerjakannya? Dan dengan dana sendiri. Berbeda dengan Rumah123 yang ada investor di belakangnya.

Ya, sendiri. Tapi, waktu itu saya sempat melakukan kesalahan dimana saya tidak melakukan networking. Saya tidak berkomunikasi. Saya juga tidak membaca koran lokal indonesia karena saya baru balik dari Australia dan tidak tahu perkembangun internet entrepreneurship di Indonesia. Sementara saya pulang ke Indonesia sekitar tahun 2009 dan membuat rumahdanproperti pada tahun yang sama dan tahun 2010 memutuskan untuk menjualnya bersamaan akuisisi Rumah123 oleh iProperty. Tahun 2011, saya bekerja dengan rumah123.

 Jadi, menjual rumah dan property terlebih dahulu baru bergabung dengan rumah123 ya?

Ya, saya menjual terlebih dahulu baru bekerja di rumah123.

Lalu, rumah123 dibeli setelah rumahdanproperty?

Tidak. Waktu itu, keduanya dibeli secara bersamaan. Saya ditawari untuk kerja oleh foundernya karena dia melihat traffic saya yang begitu bagus. Jadi, saya pun memutuskan untuk bekerja karena saya sendiri ingin mengetahui cara membuat portal karena menjalani bisnis portal dan hosting tentu jauh berbeda. Untuk menjalani hosting,  people need your service, jadi ketika anda mau jual tidak perlu mengalami kesulitan. Yang penting kamu ada harga lalu orang mau beli barang kami. Sementara untuk menjual portal service akan sangat susah apalagi jasa iklan. Dan kebetulan yang fighting di sektor property bukan hanya rumah123 ada banyak,  propertikita, rumahku.com, Urbanindo. Rumahku.com juga punya dana lumayan.
Jadi, kalau kamu menjual portal atau iklan, tentunya kamu harus membuat traffic kamu tinggi dulu bukan? jadi, itulah yang menjadi kendala utamanya. Oleh karena itu, saya pun memutuskan untuk belajar di IProperty sendiri untuk mempelajari bagaimana teknik membuat portal untuk bisa mendapatkan uang hingga milyaran rupiah. IProperty sendiri adalah kisah sukses yang berhasil mendapatkan uang milyaran dari portal sendiri.

Ada yang bisa dishare resepnya mereka?

Resepnya sendiri yang pertama adalah networking. Kemudian, PR (Public Relation). Jadi kita harus sering-sering broadcast news kamu, share story kamu dan tentu juga SEO.
Dan yang saya tahu mereka memang memiliki dana yang tidak terbatas. Sementara dana sendiri adalah sektor penting karena ketika mereka ingin build brand, mereka memiliki dana yang besar sekali. Mereka campaign di adwords saja ratusan juga setiap bulan. Saya juga belajar banyak tentang manajemen, leadership, KPI, saya juga belajar bagaimana cara fokus di traffic kita.

Passion anda sendiri sebenarnya apa?

Passion saya sendiri sebenarnya di traffic. Saya sangat suka untuk mengembangkan portal. Walaupun sebenarnya ketika saya menjual rumahdanproperti, saya berpikiran untuk keluar dan tidak berada di dunia portal lagi dan bisnis konvensional saja, jadi orang biasa lebih gampang. Impor barang dari Cina terus trading, finding buyernya lebih gampang.
Tapi, saya sudah mencoba, saya punya dana untuk melakukannya, teman-teman saya juga banyak yang di bisnis trading konvensional, tetapi waktu saya mau masuk ke area itu, saya merasa ada sesuatu yang hilang dan tidak sesuai dengan hobi saya. Jadi, saya tidak memutuskan untuk berdagang namun balik lagi di portal.

Sebelum saya membuat portal sendiri, saya tahu resikonya bahwa satu, dua atau tiga tahun saya tidak bisa hidup hanya dengan mengandalkan hal tersebut. apalagi dengan kompetisi yang semakin banyak. Berbeda jika kita berdagang, profitnya bisa langsung dapat. Mau tidak mau, kita pun harus selalu berinovasi secara terus-menerus karena dunia IT adalah dunia yang kejam. Apalagi dunia web, di mana semua orang dapat memiliki web hanya dalam waktu lima menit saja lalu create content yang sangat bagus, that’s it kompetisi bermunculan.

Tetapi saya ingin coba bagaimana bisa membuat portal yang sangat bagus, ada passion yang membuat saya tetap di sana. Apalagi, Indonesia memberikan opportunity yang besar di sektor ini karena pemain-pemainnya tidak begitu banyak. Untuk mencari orang-orang yang benar-benar berpengalaman di dunia IT juga sulit. Kebanyakan mereka kuat di dunia programming namun tidak di SEO. Kalau di combine pun kadang tidak cocok, belum lagi designnya. Banyak sekali pemain di bisnis ini yang mencoba namun gagal karena untuk mencari orang-orang yang passion dan capable di bisnis ini susah sehingga mereka hire programmer yang asal coding tanpa lihat SEOnya, kontennya, keywordnya .


Bisa dijelaskan bagaimana cara mendatangkan traffic?
Saya sebenarnya lebih fokus di SEO dan kurang fokus di social media karena saya bukan orang social media. Saya jarang menggunakan facebook, twitter. Jadi, saya benar-benar fokus di satu sisi. Saya tidak mendistribusikan waktu saya kadang-kadang di social media atau kadang-kadang di SEO. Jadi, saya benar-benar fokus dan memperkuat skill saya di SEO.

Apakah SEO-nya white hat Tidak memakai yang black sama sekali?

Ya, white hat. Perbanyak keyword dan konten tentunya. Jadi, itu benar-benar menghabiskan energy yang sangat banyak. Ketika kamu telah menggunakan hal tersebut, maka traffic yang datang akan lebih signifikan daripada Facebook dan twitter. Menurut saya, sekali kita post di twitter atau facebook, mungkin 100 orang memang baca. Tapi, setelah itu habis karena akan tertimpa dengan post-post anda yang baru. Apalagi, untuk twitter. Sementara, untuk SEO itu bersifat permanen. Kamu sudah bisa mencapai nomor satu, lalu kamu bisa santai dan traffic pun akan datang dengan sendirinya.

Bisa memberikan contoh terkait keyword di rumahdanproperti atau indotrading ?
Kalau di indotrading sendiri, kita fokusnya pada keyword distributor, grosir, supplier, vendor. Termasuk keyword long tailnya. Misalnya, distributor batu bara di Indonesia atau keramik, importir baju muslim, supplier baju muslim. Kalau di rumahdanproperti keywordnya rumah dijual di Kemang, rumah dijual di Pantai Indah Kapuk, rumah dijual di Kelapa Gading dan sebagainya.

Berarti kata tersebut dimasukkan ke setiap listing di keyword yang tadi?

Ya kita menaruh link dengan keyword tersebut yang ditaruh di websitenya.

Waktu menjalani rumah dan property selama satu tahun itu, biasanya aktivitasnya itu seperti apa? Apakah sehari meeting tiga kali atau lima kali?

Waktu itu saya melakukan banyak sekali kesalahan. Background saya adalah programmer. Waktu itu, dengan limited cost, kita tidak hire programmer. Ada satu, hanya saja dia masih terbilang junior jadi tidak bisa diharapkan begitu banyak. Jadi, saya itu menghabiskan waktu untuk programming. Saya build system from zero jadi butuh waktu untuk membenahi bugs. Untuk bisnis developmentnya kami kerjakan setelah programmingnya lumayan live. Saya kebetulan konsentrasi di bidang sales. Jadi, tugas saya adalah untuk mencari agen, content. Jadi, selama setengah tahun itu saya full untuk programming. Setelah oke, enam bulan terakhir saya baru cari sales untuk membantu menjual banner dan membership. Jadi, untuk meeting, networking ataupun public relation sama sekali tidak ada. Oleh karena itu, ketika saya masuk ke rumah123 atau I-property, saya tahu itu salah. Makanya sekarang saya undang Startupbisnis.com untuk membantu saya expose.

Lalu, bisa bertemu dengan iproperty bagaimana ceritanya?

Mereka yang menghubungi saya karena memang situ rumahdanproperti alexanya lumayan tinggi, sehingga cukup visible di mata mereka, dari Google adplanner, effective measure juga kelihatan situs saya nomor 3. Nomor 1 Rumah123, nomor 2 Rumah.com yang dibeli propertyguru dari Singapura baru Rumahdanproperti.

Saya tahu listing perumahan di tokobagus itu besar sekali.

Iya, benar sekali. Waktu itu saya sendiri sempat merasa kesulitan ketika saya masih di rumahdanproperti, saya mengalami persaingan yang berat dengan tokobagus dan juga berniaga.com. tapi, kita mengatakan bahwa kalau listing di tokobagus itu kebanyakan orang tidak mencari rumah. Kita niche. Itulah keunggulan kita. Orang datang ke kita benar-benar mencari rumah. User datang ke kita, kita jual rumah, desainnya juga sudah bagus. Beda sekali dengan tokobagus yang pada saat itu masih berantakan. Namun, sekarang tokobagus telah mengalami kemajuan dan lebih bagus. Hanya saja, ketika kamu mencari rumah di Tokobagus, kamu merasa distracted karena ada orang jualan keris, baju dan banyak barang lainnya. Kamu kalau mencari rumah di Tokobagus resultnya juga tidak diverifikasi. Jadi, pasti timbul pertanyaan apakah itu benar atau tidak. Sementara kalau kita tidak perlu diverifikasi, namun terdapat nama agen. kita sendiri fokus pada agen dan bukan pemilik, agen seperti Century atau Ray White dan kalau di Rumahdanproperti semuanya rumah.

Kenapa fokusnya pada agen bukan pemilik?

Simple. Menurut saya, kamu fokus pada pemilik itu tidak akan berhasil. Pertama, kita mau lihat di negara yang lebih maju seperti di Australia dan Malaysia dimana sudah jarang sekali pemilik yang menjual rumah secara langsung. Kalau melihat dari segi ekonomi, kita tentunya mau semua dijual oleh agen property karena taxnya jelas, pemerintah juga dapat tax. sementara buyer kalau dari pemilik langsung, anda juga pasti merasa takut kan? Kalau misalnya tidak tahu apa-apa, bisa jadi anda terkena kasus penipuan, siapa yang urus surat-suratnya? Agen property sudah seperti escrow account di dunia online. Jadi, mengapa kita mendukung itu karena kita ingin membangun ekonomi yang sehat dan kita tidak mendukung penjual menjual rumahnya secara langsung. Kalau rumah dijual oleh pemiliknya langsung, maka ekonomi tidak akan jalan. jadi, anda tidak fokus di bisnis namun di jual rumah saja, sangat menghabiskan waktu.

Waktu menjalani usaha di rumah dan property, pendapatannya dari mana?

Ya, tidak ada revenue. Tapi, setelah berjalan selama delapan sampai sembilan bulan, kita mulai ada pendapatan. Hanya saja masih tidak bisa menutup operational costs. Kita sudah menjual banner, membership kita juga sudah lumayan banyak. Waktu itu, saya menjual membership sekitar 200 sampai 300an member dari agen. Sekarang, indotrading, business modelnya juga sama dengan rumahdanproperti dimana kita charge membership fee. Dulu, membership adalah agen sementara saat ini di Indotrading membershipnya untuk bisnis. Jadi, ketika perusahaan menjadi member kita, maka kita akan memberikan advantage kepada mereka.Misalnya listing mereka akan tampil pertama, atau mereka mendapatkan fitur-fitur website. Mereka juga bisa melihat jumlah statistic, jumlah telepon dan email masuk. Jadi, mereka bisa mengukur keefektifan dalam promosi.

Ada lagi yang dapat dishare tentang strategi untuk para pembaca?

Saran saya adalah fokus, memiliki misi yang jelas. Saya tahu bahwa semua orang pastinya bisa melakukan start strong. Namun, jarang sekali yang bisa finish strong.  Ketika kita memulai bisnis, kita biasanya masih bersemangat mempunyai visi, ingin membuat portal atau sebagainya. Startnya strong, kasih tahu semua orang, kerja siang malam. Tapi, ketika sudah setengah jalan, ketika sudah tahu sulitnya bleeding terus, sudah setengah tahun, kita pasti merasa bimbang. Kebanyakan orang gagal disana. Jadi, pada awalnya start strong, namun pada finishnya slow hingga akhirnya mati. tapi, jika kendalanya di modal, kita bisa mencari investor.

Apa ada advice yang lain?

Ya saya pikir adalah passion. Kalau passion kamu memang di dunia internet, ya go fight! Tapi, kalau bukan jangan dipaksakan karena nantinya kamu akan menyerah. Saya sendiri mengalami bisnis yang paling sulit adalah bisnis mendirikan portal karena tidak ada barang yang dijual. Kalau anda ingin mencari advertiser, itu sulit sekali karena pengartian yang terlalu besar. Lalu, kita juga berkompetisi dengan media cetak. Kebanyakan di Indonesia, kendalanya sendiri adalah ketika menjual banner.
Saya ingin share sedikit karena dulu saya juga menjual banner-banner ke perusahaan-perusahaan. Mereka lebih memilih untuk mengeluarkan uang untuk majalah. Saya sendiri tidak tahu apa alasannya padahal majalah sendiri terbilang baru dan jumlah pembacanya lebih sedikit. Namun, ternyata mereka lebih memilih untuk mengeluarkan uang untuk magazine karena dapat dipegang secara fisik.

Sementara jika mereka mengiklankan di internet, mereka tidak bisa melihat karena banyak juga terjadi penipuan. akhirnya, itu yang menjadi penyebab rusaknya pasaran internet. Jadi, itulah alasannya mengapa mencari advertiser untuk banner sangat sulit. Apalagi, kalau anda ingin menjualnya dengan harga yang mahal. Akan tetapi, kemungkinan kalau anda ingin menjualnya dengan harga murah, kemungkinan ada yang mau. tapi, disinilah anda akan merasa serba salah. Memasang harga mahal, belum tentu ada yang mau. namun, kalau anda memasang harga murah, pasti itu tidak akan cukup untuk menutupi operasional. Jadi, itulah kendalanya dan menurut saya pengalaman yang paling sulit untuk menjual banner apalagi untuk menjual ke developer. Mereka lebih memilih majalah. Padahal, majalahnya sendiri bisa dibilang tidak bagus. Namun, kenapa mereka mau? ini dikarenakan saat sales menjual kepada mereka, mereka membawa majalahnya. Jadi, mereka pun dapat melihat bahwa disana ada banyak iklan. Sementara kita mau bawa apa? Laptop? Itulah yang menjadi perbedaan di luar negeri. Di sana, orang pun lebih memilih internet.

Untuk indotrading sendiri, ada yang mau ditambahkan ? Terkait ajakan untuk UKM.

Saya sendiri sebenarnya ingin mengajak UKM-UKM, terutama untuk yang berpotensi untuk menembus pasar eksport ada baiknya jika bergabung dengan indotrading. Hal ini dikarenakan indotrading adalah satu-satunya website ecommerce yang didukung oleh dua versi bahasa. Kita benar-benar SEO. Kita juga melakukan advertise di market global yang ingin mencari Indonesian partner. Jadi, kita adalah kumpulan-kumpulan komunitas bisnis dari semua perusahaan-perusahaan khusus trading. Jadi, ke depannya kita juga akan berusaha untuk mencari partner dari luar negeri yang juga ingin mencari rekan-rekan bisnis dari Indonesia.

startupbisnis







 

Chairul Tanjung: Wirausaha Bersahabat dengan Kegagalan


Setiap pengusaha pasti akan mengalami fase kegagalan dalam mengembangkan bisnisnya, untuk itu seorang pengusaha wajib menjadikan kegagalan sebagai sahabat baik. Seorang pengusaha tidak pernah lari dari tanggung jawab dan siap untuk bangkit dari kegagalan. Hal itu diungkapkan pengusaha nasional Chairul Tandjung. Menurutnya, tidak ada satu pun orang besar yang hidupnya lurus. “Pasti penuh dengan jatuh bangun, jadi kalau Anda mau jadi orang besar, terbiasalah dengan kegagalan,” katanya dalam acara “Global Entrepreneurship Week” di Jakarta, Senin 12 November 2012. Menurut CT, panggilan akrabnya, bagi seorang berjiwa wirausaha harus menjadikan kegagalan sebagai sahabat baik. Dengan menjadi sahabat baik, seorang wirausaha dapat memetakan karakteristik kegagalan dan pada akhirnya dapat menghindari kegagalan.

“Untuk tahu kita tidak gagal, kita harus gagal terlebih dahulu. Dengan mengetahui karakteristik kegagalan, kita akan mengetahui apa saja yang menyebabkan gagal,” katanya. Jika seorang pengusaha dalam keadaan terpuruk, misalnya di tengah tumpukan utang, maka harus dihadapi, bukan melarikan diri. Caranya mencoba berbicara dengan transparan kepada kreditor dengan membawa bukti-bukti. “Ungkapkan dengan baik, beri bukti-bukti, biasanya bank mau memberikan Anda tambahan kesempatan berupa waktu pembayaran yang lebih lama,” katanya. Ia meminta para wirausahawan muda tidak lari dari tanggung jawab. “Ini kebiasaan masyarakat melayu, punya masalah kabur,” kata pemilik TransTV, Bank Mega, dan Carrefour ini.

Setelah menyelesaikan pembenahan utang, baru saatnya pengusaha bangkit dan mulai melakukan pembenahan di sektor internal. Menurut dia, sukses itu hak siapa saja bagi orang yang mau berusaha. “Menjadi pengusaha tidak peduli perempuan, laki-laki atau waria karena sukses itu hak siapa saja, tergantung orangnya,” katanya.

Source:vivanews

Sabtu, 17 November 2012

Dropbox: Sebuah Kisah Tentang Startup Teknologi yang Paling Hot



Ini adalah salah satu cerita tentang Steve Jobs, sebuah cerita yang tidak pernah diceritakan, tentang sebuah perusahaan yang berhasil “pergi begitu saja” dari cengkeramannya. Jobs sudah mengikuti pergerakan seorang developer software bernama Drew Houston, yang berhasil mengutak-atik sistem file Apple sehingga logo startup miliknya, sebuah kotak yang sedang terbuka, muncul dengan elegan didalamnya. Sesuatu yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh tim SWAT Apple.

Pada bulan Desember tahun 2009, Jobs mengajak Houston dan partnernya Arash Ferdowsi untuk bertemu di kantornya. “Bagaimana Anda melakukan hal seperti itu?” kata Houston. Saat Houston mengeluarkan laptopnya untuk melakukan demo, Jobs yang mengenakan celana jeans dan leher tingginya, berkata “Saya tahu apa yang Anda lakukan.”

Apa yang dilakukan Houston adalah Dropbox, sebuah jasa penyimpanan data digital yang memiliki 50 juta user, dan terus bertambah setiap detiknya. Jobs tentunya melihat hal ini sebagai aset strategis untuk Appel. Tapi, Houston memotong kata-kata Jobs dengan berkata bahwa dia sudah memutuskan untuk membuat sebuah perusahaan besar, dan tidak akan menjualnya, siapapun status penawarnya(Houston menganggap Jobs idolanya), atau seberapa besarnya penawarannya (waktu itu dia dan Ferdowsi datang ke pertemuan tersebut dengan mengendarai Zipcar Prius).

Dropbox adalah sebuah fitur, bukan sebuah produk – Steve Jobs
Lalu Jobs tersenyum hangat dan mengatakan bahwa dia akan menargetkan pasar yang sama dengan mereka. “Dia mengatakan bahwa kami merupakan sebuah fitur, bukan sebuah produk,” kata Houston. Dengan sopan, Jobs menghabiskan setengah jam selanjutnya untuk bercerita tentang kembalinya dia ke Apple, dan tentang alasan tidak boleh mempercayai investor, seiring keduanya, terutama Houston, menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan.

Saat Jobs selanjutnya menawarkan untuk mengadakan pertemuan di kantor Dropbox di San Fransisco, Houston menawarkan agar mereka lebih baik bertemu di Silicon Valley. “Kenapa harus membiarkan musuh kita mencobanya?” kata Houston sambil mengangkat bahu. Malahan, Jobs tidak mengungkit masalah ini lagi, kemudian saat Jobs muncul di depan publik saat presentasi terakhirnya, saat dia meluncurkan iCloud, dan secara spesifik ‘menghajar’ Dropbox, dalam usahanya menyelesaikan dilemma terbesar Internet: Bagaimana cara Anda menempatkan semua file dari semua device Anda kedalam satu tempat?

Houston sangat terkejut melihat hal tersebut. Hari berikutnya di berkata pada staffnya: “Kita memiliki salah satu perusahaan yang berkembang paling cepat di dunia.” Lalu dia membuat daftar ‘meteor’ yang jatuh ke bumi (berarti perusahaan besar hebat yang tiba-tiba mengalami kejatuhan): MySpace, Netscape, Palm, dan Yahoo.

Perkembangan Dropbox juga hampir sama mengejutkannya. Jumlah user sebanyak 50 juta adalah hasil peningkatan sebanyak tiga kali lipat dari tahun lalu, dan sudah menyelesaikan masalah ‘freemium’, dengan penghasilan sebesar 240 juta dolar pada tahun 2011 walaupun 96% penggunanya tidak membayar apapun. Dengan hanya 70  orang staff, sebagian besarnya adalah developer, Dropbox memiliki penghasilan rata-rata per pekerja lebih banyak tiga kali lipat daripada bisnis serupa, Google. Houston mengatakan bahwa Dropbox sudah bisa menghasilkan keuntungan, tapi menolak menyebutkan range keuntungannya.

Hal ini tentunya makin membaik. Ke-96% pengguna yang tidak membayar memasukkan data mereka ke Dropbox dengan sangat cepat, terhitung ribuan orang menggunakan 2 gigabyte kapasitas penyimpanan dan mengupgrade kapasitasnya ke 50 giga (dengan harga $10 per bulan) atau 100 giga (dengan harga $20 per bulan). Walaupun Houston tidak memiliki pelanggan baru selama tahun 2012, penjualannya tetap akan meningkat dua kali lipat. Selagi kita menghitung ini, Houston berkata, “Tapi tentunya kami akan mendapat banyak sekali pelanggan baru.”

Dropbox sudah menjelma menjadi sebuah kata kerja dalam satu tahun terakhir (“Dropbox saja kepada saya” atau “Dropbox me”), dan Silicon Valley juga sudah memperhatikan hal ini. Saat mencapai tahun 2008, Houston sudah menghasilkan 7.2 juta dolar, jumlah dana yang cukup, bersama dengan bisnis model yang kuat, untuk membawanya menjadi seperti sekarang. Bulan Agustus kemarin, Houston memutuskan untuk mengundang tujuh firma usaha elit dari Silicon ke penginapan Dropbox di San Fransisco selama 4 hari, dan meminta penawaran mereka pada hari selasa selanjutnya.

Hanya satu yang kembali padanya dengan cepat. Satu malam sebelum penawaran tersebut berakhir, kepala pengembangan bisnis Dropbox, menyarankan pada Houston untuk menunda atau memperpanjang penawaran itu. Houston menjawabnya dengan “Kita bilang penawaran tersebut berakhir hari Selasa. Sekarang belum hari Selasa.”

Dengan keyakinan seperti itu, pada pagi hari berikutnya, semua firma tersebut kembali dengan antusias. Houston lalu membuat kesepakatan yang dilakukan pada akhir September, yang memasukkan Index Ventures sebagai lead, Sequoia, Greylock, Benchmark, Accel, Goldman Sachs dan RIT Capital Partners.

Tak lama kemudian, Dropbox yang baru berumur lima tahun berhasil raise fund dari investor sebesar 250 juta dolar dengan penaksiran/penilaian sebesar 4 milyar dolar. “Ini adalah perusahaan yang Hot,” kata salah satu investor yang tidak dapat bagian. “Semua orang ingin menjadi bagian dari perusahaan ini.” Houston memiliki 15% sahamnya, di atas kertas bernilai 600 juta dolar.

Saya harus belajar bagaimana cara untuk menjadi besar
Duduk di atas kursi Aeron, dua minggu setelah kesepakatan dilakukan, tepat didepan neon sign yang bertulisan “ITJUSTWORKS”, Houston merenungkan apa yang harus dia lakukan dengan 250 juta dolar dalam kasnya. Kantor mereka yang berupa satu ruangan akan segera berganti dengan kantor seluas 85,000 meter persegi dengan pemandangan laut, seiring dengan penambahan staff dari 70 ke 200, yang tetap merupakan jumlah yang kecil dibandingkan ukuran perusahaan tersebut. Dan sekarang dia akan melihat apakah dia bisa membuktikan janjinya kepada Steve Jobs untuk membuat perusahaan yang besar, atau jatuh seperti MySpace sesuai prediksinya. “Saya harus belajar bagaimana cara untuk menjadi Besar.” Katanya.



Suatu tengah malam sebelum Senin, Houston mengubah sebuah bar di San Franscisco’s W Hotel, menjadi sebuah “pesta persaudaraan”. Yang pertama tiba adalah Adam Smith, yang merupakan seorang rekan di Massachusetts Institute of Technology sebelum mengundurkan diri untuk memulai perusahaan pencarian email, Xobni. Lalu datanglah Chris, Jason dan Joe (yang memiliki tato Dropbox di lengannya kerena merasa bahwa Drew sedang mengubah dunia), lalu lebih banyak saudaranya dari MIT, mereka yang memiliki mimpi yang mereka sebut “Billionaires, Bottles, and Babes.” Dengan seorang kekasih di gandengan mereka, Smith dan Houston meminum Pinot dan mengenang musim panas yang mereka habiskan untuk melakukan coding dengan menggunakan boxer karena A/C mereka rusak. “Hari-hari itu sudah lewat,” kata Houston sambil tersenyum dan merangkul Smith. “Hanya saya dan code. Tidak ada kegiatan merekrut dan memecat seperti sekarang.”

Houston dengan jelas memiliki kekuatan tersendiri saat berada di grup ini – dia bahkan menciptakan lagi pengalaman kehidupannya di San Fransisco, dipindahkan ke sebuah bangunan tempat Smith dan sepuluh entrepreneur lainnya berada. Jika keluar dari universitas merupakan titik balik bagi Bill Gates, Michael Dell, dan Mark Zuckerberg, maka tetap bertahan didalamnya juga sama besar pengaruhnya untuk Houston, terutama pengalamannya bersama saudara-saudaranya.

Sifatnya tentang “just-me-and-my-code”, ternyata sudah tertulis dalam DNA-nya. Ayahnya adalah insinyur kelistrikan dari Harvard, dan Ibunya adalah seorang penjaga perpustakaan di masa SMA. Bertumbuh di pinggiran kota Boston, dia sudah mulai mencoba mengerjakan sesuatu dengan IBM PC Junior di umur lima tahun. Ibunya, yang dengan tepat menebak bahwa dia akan menjadi maniak koding,  membuat Houston belajar bahasa Perancis, pergi bersama teman-temannya, dan menolak saat dia meminta untuk loncat kelas. Selama musim panas di New Hampshire, ibunya membawa pergi komputernya, bahkan saat Houston mengeluh karena bosan di daerah hutan. “Dia sangat ingin membuat saya normal seperti anak lain, dan saya mengapresiasinya sekarang.”

Saya ingin menjalankan sebuah perusahaan computer
Pada saat berumur 14 tahun, Houston mendaftar pada beta testing untuk sebuah online game, dan mulai menunjukkan semua celah keamanan yang ada. Mereka lalu segera merekrutnya sebagai network programmer, dengan imbalan ekuitas. Tahun itu, pada saat ada perkumpulan di sekolahnya, seorang pembicara bertanya pada mereka: “Angkat tangan jika Anda tahu Anda akan menjadi seperti apa saat dewasa.” Houston adalah satu-satunya anak yang mengangkat tangannya diantara 250 anak lainnya. “Saya ingin menjalankan sebuah perusahaan computer.” Dia sudah mulai menjalankan startupnya sepanjang masa SMA dan kuliahnya. Dropbox adalah startup keenamnya.

Di tahun pertamanya di MIT, usaha ibunya sepertinya sia-sia. Kebanyakan waktunya dihabikan untuk coding. Dia akhirnya terpengaruh oleh buku Emotional Intelligence yang ditulis oleh Daniel Goleman, tentang “Pintar tidaklah cukup” jika dia ingin menjalankan sebuah perusahaan. Maka dia menghabiskan musim panas selanjutnya untuk membaca buku bisnis. “Tidak ada orang yang terlahir sebagai CEO, tapi tidak ada yang mengatakan hal itu pada Anda,” kata Houston. “Cerita dari majalah membuat seolah Mark Zukerberg bangun pada suatu hari dan memiliki keinginan untuk mendefinisikan ulang cara dunia berkomunikasi. Tapi kenyataannya tidak begitu.” Lalu dia mendaftarkan diri ke beberapa kesibukan dan posisi di dunia sosial.

Saat Adam Smith meninggalkan rumah pada bulan September 2006 untuk memulai Xobni di San Fransisco, membuat Houston termotivasi. “Jika dia bisa melakukannya, maka saya juga bisa,” kata Houston. “Saya ingin menjalani hidup seperti yang saya impikan.”

Ide untuk melahirkan Dropbox datang tiga bulan kemudian saat sedang menaiki bus ke New York. Dia berencana untuk bekerja selama empat jam perjalanan dari Boston, tapi lupa untuk membawa USB-nya, yang ada hanya laptop dan tidak ada kode yang bisa dia selesaikan. Frustasi, dia segera membangun teknologi untuk meng-sinkronisasikan file melalui internet. Empat bulan kemudian, dia terbang ke San Fransisco untuk menjelaskan idenya kepada Paul Graham dari inkubator bernama Y Combinator.


Tapi Graham bersikeras agar dia memiliki seorang co-founder (rekan pendiri) sebelum mengirimkan proposalnya. Houston membutuhkan dua minggu untuk menemukan orang yang tepat. Seorang teman mereferensikannya kepada Ferdowsi, putra satu-satunya dari seorang pengungsi Iran, yang sedang belajar ilmu komputer di MIT. Mereka berbicara selama dua jam di Boston, dan merasa cocok di pertemuan kedua mereka. “Sudah seperti menikah,” ungkap Houston. Ferdowsi keluar dari sekolah padahal waktunya hanya tinggal enam bulan.

Dropbox mendapat 15,000 dolar dari Y Combinator, cukup untuk menyewa apartemen dan membeli sebuah Mac. Dengan keinginan untuk membuat Dropbox bekerja di setiap komputer, dia menghabiskan 20 jam dalam sehari untuk mewujudkannya.

Dropbox menyelesaikan masalah yang baru, dimana semua orang membawa satu atau dua telepon, atau mungkin sebuah tablet, tapi memiliki file yang tersebar di beberapa PC, laptop, atau gadget mobile. “Banyak peralatan yang Anda miliki makin canggih, televisi, mobil, dan artinya akan makin banyak data yang betebaran,” kata Houston. “Harus ada sebuah benang yang menghubungkan semua peralatan ini. Itulah yang kami lakukan.”
Setelah sekali mendownload aplikasi Dropbox, siapapun bisa menyimpan file apapun di ‘cloud’. Setelah file tersebut sudah berada disana, mereka bisa diakses dari device manapun dan bahkan mengajak orang untuk melihatnya juga. Update dari salah satu mesin akan otomatis muncul di tempat lain.

Berbulan-bulan kemudian, mereka berdua mempresentasikan Dropbox di event yang diadakan Y Combinator. Segera setelahnya, seorang pria datang dan berbicara pada Ferdowsi. Pejman Nozad mulai berinvestasi selama masa internet dengan cara menukarkan iklan dengan saham dalam startup, termasuk PayPal. Dalam beberapa hari dia mengajak Houston dan Ferdowsi di depan Sequoia, firma tersebut adalah firma yang membacking Google dan Yahoo, menyatakan dengan salah bahwa Dropbox sedang memiliki beberapa penawaran dari Venture Capital (padahal tidak demikian). “Pada dasarnya dia adalah ‘germo’ kami,” kata Houston.

Kotak Pizza ada di mana-mana dan selimut bertebaran di sudut ruangan
Michael Moritz, partner senior Sequoia, datang ke apartemen milik Houston dan Ferdowsi pada hari Sabtunya. “Kondisi mereka sangat suram,” kenang Moritz. Kotak Pizza ada di mana-mana dan selimut bertebaran di sudut ruangan. Dia berkata pada partnernya untuk melakukan kesepakatan tersebut, dan Dropbox mendapat funding sebesar 1.2 milyar dolar. “Saya sering melihat berbagai perusahaan yang mencoba menyelesaikan masalah semacam ini, seperti Plaxo,” kata Moritz. “Perusahaan besar akan mengejar produk ini, saya rasa. Saya percaya bahwa mereka memiliki kecerdasan dan stamina yang cukup untuk mengalahkan orang lain.”

Houston dan Ferdowsi menghabiskan setahun berikutnya untuk bekerja keras. Mereka adalah orang yang perfeksionis. Suatu kali Houston harus menginspeksi sebuah kopian Windows XP untuk Swedia karena memiliki sebuah kode khusus yang sedikit menghambat Dropbox. Ferdowsi bersama seorang desainer menghabiskan banyak waktu untuk mengatur bayangan tombol Dropbox di dalam sistem file Mac. Sedikit lebih gelap dari tombol yang ada di Apple, dan hal itu membuatnya “gila” selama berminggu-minggu. “Sayalah penjaga gerbangnya di sini, dan semuanya harus sesuai.” Jelas Ferdowsi.
Dropbox tetap ‘ramping’, sehingga memungkinkannya untuk tetap bertahan di masa krisis. Pada tahun 2008 hanya ada delapan pekerja dan 200,000 pelanggan. Dua setengah tahun berikutnya sudah ditambahkan lima orang pekerja. Tapi, jumlah pelanggan naik sepuluh kali lipat.
Houston dan Ferdowsi berpindah kantor lagi dan seringkali tertidur pada saat bekerja. Mereka menjawab setiap email untuk customer service, dan mengabaikan email dari Venture Capital mereka. Mereka bermain dengan periklanan. “Itulah yang harus Anda lakukan, pekerjakan seorang marketing, dan belilah Google AdWords,” kata Houston, “dan kami sangat parah dalam hal itu.”

Mereka harus membayar 300 dolar untuk mendapat satu pelanggan baru. Tantangan mereka adalah memasarkan sebuah produk yang menyelesaikan masalah yang tidak mereka sadari, sebuah produk yang belum mereka cari. Sejak awal Ferdowsi bersikeras agar home page Dropbox haruslah sebuah halaman sederhana dengan video ‘stick man’ yang menjelaskan apa yang dikerjakan produk ini. Tidak ada daftar fitur dan harga, melainkan sebuah cerita tentang seseorang yang kehilangan barang-barangnya saat berkelana di Afrika.

Jadi daripada beriklan, mereka mengubah pelanggan yang sedikit tapi loyal untuk menjadi salesman, dengan memberikan 250 megabyte gratis untuk setiap referensi yang mereka berikan. Seperempat dari semua pelanggan baru Dropbox datang dengan cara ini. Dalam waktu dua setengah tahun, efek ‘snowball’ ini sudah menghasilkan valuasi sebesar 4 milyar dolar.

Kesempatan yang datang kepada Drew Houston menunjukkan dirinya lagi beberapa bulan yang lalu dalam makan siang bersama seorang VC, Ron Conway, Belvedere, Calif. Selagi Houston dengan hati-hati mempresentasikan apa yang bisa dilakukan Dropbox, dia dipotong dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Steve Jobs beberapa tahun lalu: “Saya tahu, saya selalu menggunakannya.” Daripada seorang CEO teknologi, teman minumnya adalah seorang rapper bernama Will.i.am dari Black Eyed Peas, yang berkata pada Houston bahwa dia menggunakan Dropbox dalam kolaborasinya dengan produser David Gutta dalam hit-nya “I Got A Feeling.”

Banyak sekali info serupa yang masuk. Setelah seorang mahasiswa hukum kehilangan laptopnya selama ujian akhir, dia berkata seperti ini: “Tanpa Dropbox, saya akan gagal lulus dari sekolah hukum ini dan akan tinggal di bawah kolong jembatan.”

Sebuah firma desain jam, berlokasi di Venice, Itali, menggunakan Dropbox untuk membuat karya baru bersama seorang desainer di Mendoza, Argentina, file 3D yang besar bisa digunakan dengan nyaman di ‘Cloud’.

Sukarelawan di Haiti mendapat data yang up-to-date dari yang meninggal dan membagikan data tersebut dengan Miami dan kota lain. Tim olahraga professional menyimpan video permainan lawannya, sehingga bisa diakses dimanapun tim sedang berada. Pada hari Thanksgiving terakhir, bahkan Ferdowsi yang sedang menggunakan hoodie Dropbox mendapat sapaan yang ramai dari truk berisi banyak remaja dalam sebuah lokasi di Kansas, kota kediamannya. “Saat itulah saya tahu kami akan sukses,” kata Ferdowsi.

Houston percaya bahwa Dropbox akan mengantarkan cara baru dalam dunia komputer, di mana orang-orang tidak akan terikat pada data. “Data yang akan mengikuti Anda.”
Untuk melakukan hal ini, Dropbox harus mengatur volume yang besar dan kompleksitas yang tinggi-selagi membuat semua kerumitan itu tidak terlihat oleh penggunanya. Setiap hari hampir 350 juta file disimpan di Dropbox (data dalam dan yang baru disimpan), yang harus dengan lancar diantarkan dalam setiap perangkat. Houston dan koleganya sudah membuat jalur untuk 18 sistem operasi yang berbeda, empat browser dan tiga sistem operasi mobile. Bahkan untuk setiap update software yang dikeluarkan, Dropbox harus memastikannya tetap berjalan.

Pada bulan Juni, kebobolan password terjadi dan melibatkan 68 akun, menekankan resiko yang dipegang Houston karena perusahaannya memegang kunci ke data penting milik 50 juta penggunanya. “Saya tidak bisa mengungkapkan seberapa rasa bersalah saya,” tulisnya dalam email yang dikirimkan ke user yang diekspos, ditambah dengan nomor telepon personalnya. “Dropbox adalah hidup saya.”

Ada juga isu tentang kompetisi. Houston membacakan daftar yang dimilikinya: “Apple, Google, Microsoft, Amazon menghadang jalan kami, lalu ada juga IDrive, YouSendIt, Box.net, dan milyaran startup lain, bahkan email.” Walau dia percaya bahwa Dropbox akan melesat dalam waktu lima tahun, dia sangat menakuti iCloud, yang tentunya akan digunakan oleh 222 juta penggunanya yang membeli iPhone, iPods, dan iPads, dan juga Google Drive (satu milyar orang mengunjungi Google setiap bulannya, dan 190 juta orang sudah menggunakan Perangkat Android).

Jadi Houston harus melawannya dengan menggunakan sebagian besar dananya untuk ubiquity. Dia melindungi dirinya dari Google dengan kesepakatan baru dengan HTC, yang akan membuat Dropbox sebagai storage cloud yang default untuk setiap perangkat Androidnya. Kesepakatan dengan enam firma lain juga hampir selesai; PC dan televisi akan diurus selanjutnya. Houston sudah mempekerjakan sebuah tim untuk mengembangkan bisnis Dropbox. Beberapa ratus developer luar sudah membuat aplikasi untuk Dropbox.

Houston harus lebih mendelegasikan pekerjaannya. Bisnis kecilnya sekarang sudah makin besar. Dan rekan lamanya tetap menjadi CFO perusahaannya. Sebuah langkah besar bagi seorang maniak kode menjadi pengelola bisnis teknologi.

Bulan lalu Houston menghabiskan satu sore dengan Mark Zuckerberg untuk mencari cara untuk berkolaborasi. Setelah dia keluar dari kediaman Zuckerberg, Houston menyadari adanya penjaga yang ada disana sepanjang hari. “Saya tidak yakin ingin memiliki kehidupan seperti itu.” Lalu masuk kedalam Zipcar-nya dan menyetir kembali ke San Fransisco.

startupbisnis




Selasa, 13 November 2012

Setiap Orang Berpengaruh Kepada Kumpulannya Masing-masing



Seminggu terakhir ini perhatian saya tertuju pada sebuah buku karya Gail F. Goodman yang membahas apa yang disebut dengan Engagement Marketing, sebuah istilah yang sebelum-sebelumnya saya belum pernah dengar dan menurut saya sangat pas jika kita ingin terjun dan berkecimpung dalam dunia digital marketing. Saya tidak akan bercerita tentang Engagement Marketing namun akan masuk kedalam detail yang sifatnya adalah kasus-kasus yang terjadi. Ya tentunya akan jauh lebih mudah dimengerti jika kita langsung belajar dari kasus bukan?

Setiap orang selalu memiliki jaringannya sendiri yang suka atau tidak suka terbentuk dari aktivitas-aktivitas dalam kehidupan kita semua. Apakah dengan bergabung pada kelompok-kelompok berprofesi sama (asosiasi misalnya) atau lebih fokus ke hal-hal yang personal seperti parenting groups, hobi, dan lain sebagainya, kita semua ada dalam beragam jaringan. Biasanya jaringan-jaringan ini berisikan orang-orang seperti kita. Jaringan kita, yang terbentuk di online ataupun offline, membentuk circle of influence, dimana semua yang ada didalamnya saling mempengaruhi satu sama lain.

Setiap kali kita berkumpul dengan orang-orang yang memiliki kesamaan interest dalam kelompok-kelompok tertentu, sedikitnya kita akan berbagi informasi apakah itu tentang kehidupan personal ataupun profesional. Coba ingat-ingat lagi ketika Anda berjumpa dengan teman ataupun anggota keluarga Anda.

Mungkin Anda akan membicarakan tentang keluarga, atau tentang pengalaman liburan Anda. Juga jika Anda menghadiri pertemuan asosiasi profesi, pasti akan terjadi percakapan yang sifatnya berbagi informasi, lelucon khas profesi, berita dan juga kasus-kasus bisnis yang terjadi dengan teman-teman seprofesi Anda. Jika salah satu teman Anda bertanya,“Ada yang bisa kasih rekomendasi digital marketing consultant yang handal gak ya? Kita sedang butuh untuk mengembangkan sebuah strategi pemasaran digital yang baru,” Anda mungkin akan menjawabnya,“Oh ada kenalan saya, namanya Budi. Kerjaannya bagus dan sangat telaten orangnya.”

Aktivitas rujukan diatas yang sering disebut dengan word-of-mouth (getok-tular) referral adalah momen-momen emas bagi sebuah bisnis ataupun pelaku usaha, namun beberapa faktor membuatnya susah untuk dilakukan atau dilacak:

  1. Anda tidak bisa mempengaruhi (mengatur) bagaimana bisnis Anda tercermin pada setiap percakapan.
  2. Anda tidak akan pernah tahu kapan orang lain akan merujuk seseorang pada Anda kecuali teman Anda tersebut menanyakan bisnis/pekerjaan Anda dan lalu Anda menanyakan bagaimana nama Anda bisa bisa muncul pada teman Anda tersebut.
  3. Anda tidak bisa memberikan ‘sesuatu’ atau semacam reward pada klien Anda karena merujuk ke Anda jika Anda tidak tahu siapa yang merujuk.  
Social Media merubah skenario di atas secara keseluruhan.

Sebelum ada internet dan social media, seorang pemilik bisnis tidak bisa “mendengarkan” percakapan pelanggan/klien/pengguna tentang perusahaan mereka. Ia juga tidak bisa dengan mudah mendorong orang untuk menyebarkan informasi baik tentang bisnis Anda kecuali jika Anda melakukan program loyalty marketing atau campaign-campaign yang menggunakan sistem “tell-a-friend” dan kedua opsi tersebut mahal untuk dilakukan dan dijalankan.

Dengan menggunakan social media semuanya jadi berubah karena Anda jadi bisa mendorong langsung klien Anda untuk menceritakan kembali tentang bisnis, produk ataupun jasa yang Anda tawarkan melalui apa yang disebut dengan engagement marketing.

Momen-momen emas word-of-mouth yang biasanya terjadi pada pertemuan-pertemuan, pesta-pesta dan lain-lain kini berpindah pada Facebook, Twitter, Linkedin dan situs-situs social media lainnya. Melalui engagement marketing, referal yang dihasilkan oleh word-of-mouth menjadi teramplifikasi ke seluruh jaringan yang kita miliki dan juga teman-teman kita miliki. Begitulah kira-kira kombinasi word-of-mouth dan social media yang seterusnya membentuk engagement marketing.


bang Edwin adalah seorang praktisi online community management sejak tahun 1998 jauh sebelum istilah social media/social network muncul di dunia internet. Ia memulai perjalanan eksperimentasinya dengan beberapa komunitas online yang akhirnya berkembang sukses pada saat itu, sampai saat ini ia pun masih memberikan konsultasi-konsultasi mengenal karakter dan membina komunitas online bagi brand/agency maupun perseorangan.

Ia sempat bekerja di Yahoo! selama lebih dari 4 tahun sebagai community manager dan sempat pula menjabat sebagai Country Manager untuk Thoughtbuzz, sebuah perusahaan start-up social media monitoring. Kini ia menjabat sebagai konsultan social media bagi The Jakarta Post Digital.

Untuk mendapatkan update terbaru, Anda bisa mengikuti @bangwinissimo di Twitter, atau membaca blognya di bangwin.net.


dailysocial

41 Pengusaha Wanita Yang Sukses Membangun Brand

Keberhasilan seorang pemimpin wanita seperti Sheryl Sandberg di Facebook dan Marissa Mayer di Yahoo yang membawa perhatian lebih bagi wanita di dunia teknologi. Selain Sanberg dan Mayer ada banyak perempuan yang tidak hanya memimpin tapi meluncurkan startup teknologi. Ada 41 orang wanita yang tersorot sebagai pengubah dan pelopor teknologi.


Sukhinder Singh Cassidy, Pendiri dan Joyus
Video berbasis e-commerce situs yang membantu pelanggan menemukan hal-hal baru mereka favorit di pakaian, kecantikan dan gaya hidup.

Laura Fitton, Pendiri oneforty
Salah satu orang pertama yang menyadari bahwa Twitter bisa dimanfaatkan untuk pemasaran. Kemudian menulis buku Twitter for Dummies, memberikan orang setiap hari kesempatan untuk mengenali kekuatan Twitter. Usaha berikutnya adalah oneforty, sebuah toko aplikasi untuk Twitter.

Olga Vidisheva, Pendiri Shoptiques
Vidisheva meluncurkan Shoptiques sebagai cara baru untuk berbelanja online. Situs ini saat ini hanya di AS, tetapi Vidisheva bekerja untuk membawa pengalaman Shoptiques untuk konsumen internasional.

Kass Lazerow, Co-Founder & COO Buddy Media
Kass adalah pengusaha serial, mengelola usaha bersama suaminya, Mike Lazerow. Mereka meluncurkan media sosial perangkat lunak manajemen Buddy Media, yang dibesarkan empat putaran pendanaan dan baru-baru ini diakuisisi oleh Salesforce.

Cheryl Yeoh, Co-Founder dan CEO Reclip.it
Yeoh berpartisipasi dalam program inkubator LaunchBox Digital, di mana ia mengasah keterampilan bisnis dan meluncurkan startup pertama. Pada bulan Maret 2012, Yeoh meluncurkan Reclip.it sebagai cara yang inovatif untuk menghemat uang, penawaran berbagi dengan teman dan bersaing dengan penawaran terbaru yang ditawarkan oleh merek-merek favorit Anda.

Aslaug Magnusdottir, Co-Founder dan CEO Moda Operandi
Magnusdottir, seorang veteran dunia mode, ikut mendirikan Operandi Moda – yang memungkinkan pelanggan pre-order pakaian dan aksesoris. Para Magnusdottir Islandia memiliki gelar MBA dari Harvard Business School, sebuah LLM dari Duke University dan gelar sarjana hukum dari Universitas Islandia yang sebelumnya merupakan VP di Gilt Groupe dan co-pendiri dari sebuah kelompok investasi yang bekerja dengan merek fashion mewah.

Katina Mountanos, Co-Founder dan CEO di Manicube
Mountanos meluncurkan Manicube pada bulan Juni tahun ini. Pada saat ini, Manicube saat ini tidak didanai, namun mereka berencana untuk mulai mencari investor yang mau turun.

Julia Hartz, Pendiri dan Presiden Eventbrite
Hartz belajar di Pepperdine, diasah untuk menjadi seorang eksekutif TV dengan pertunjukan di MTV Networks dan Jaringan FX. Eventbrite menggabungkan e-commerce dengan grafik sosial untuk mendemokratisasikan penjualan tiket acara.

Gina Bianchini, Pendiri MightyBell
Gina Bianchini adalah pengusaha serial yang kustom jaringan sosial dibuat Ning memiliki 2,3 juta jaringan mengesankan yang dibuat pengguna dan lebih dari 45 juta pengguna terdaftar ketika ia mengundurkan diri pada Maret 2010.

Tracy Sun, Co-Founder Poshmark
Sun bekerja sama dengan Kaboodle pendiri Manish Chandra dan Chetan Pungaliya untuk meluncurkan Poshmark, sebuah aplikasi iPhone yang memungkinkan Anda mencari, membeli dan menjual pakaian dan aksesoris.

Christina Wallace, CEO dan Co-Founder Quincy
Mendirikan sebuah perusahaan pakaian yang dirancang untuk menyanjung tipe tubuh setiap wanita. Daripada umum ukuran, Quincy berfokus pada pengukuran spesifik untuk memastikan bahwa blazer / gaun / blus cocok Anda dengan sempurna, membuat belanja proses yang jauh lebih memuaskan dan efisien bagi perempuan. Wallace adalah seorang pembicara publik yang dipraktekkan dan seorang blogger tamu untuk The Muse Harian dan Wanita 2.0.

Alex Tryon, CEO dan Co-Founder Artsicle
Tryon mendirikan Artsicle seni perusahaan sewa pada tahun 2010. Situs ini memungkinkan pengguna sewa seni oleh artis pendatang baru, memungkinkan pelanggan untuk mencoba-coba dan menemukan selera mereka dan preferensi.

Brooke Moreland, Co-Founder dan CEO Fashism
Moreland telah membuat belanja dan ganti lingkungan ruang sosial dengan Fashism, yang ia diluncurkan pada 2010. Situs ini memungkinkan pengguna memposting foto dan mendapatkan instan, umpan balik crowdsourced dari komunitas pembeli dan fashionista, membantu perempuan melakukan pembelian yang lebih baik dan menemukan tren baru.

Rashmi Sinha, CEO dan Co-founder SlideShare
Sinha mendirikan Uzanto, ia berpengalaman diperusahaan konsultan, termasuk eBay dan Blue Shield. Pada tahun 2005, ia meluncurkan produk pertamanya, MindCanvas, dan mendirikan SlideShare setahun kemudian. Hari ini SlideShare adalah masyarakat terbesar di dunia untuk berbagi presentasi, dengan 60 juta pengunjung bulanan, dan diakuisisi oleh LinkedIn pada bulan Mei.

Alexa Andrzejewski, Co-Founder Foodspotting
Selama perjalanan ke Jepang dengan suaminya, Andrzejewski melihat bahwa semua orang di sekelilingnya sedang memotret makanan. Andrzejewski ingin tahu tentang tujuan foto-foto ini, dan ia juga terinspirasi – sering mencoba makanan baru, ia membutuhkan cara untuk mengidentifikasi mereka ketika ia kembali ke San Francisco. Dari pengalaman ini, Foodspotting lahir.

Amy Jo Martin, Pendiri Royalti Digital
Dengan 1,3 juta pengikut Twitter, Martin dikenal sebagai ahli media sosial yang berkonsultasi dengan orang-orang tentang cara membuat sebuah merek pribadi yang lebih baik bagi diri mereka di media sosial, dan dia membantu mengembangkan merek seperti Shaquille O’Neal, The X-Factor dan Nike.

Caroline Ghosn dan Amanda Pouchot Co-Pendiri, Levo Liga
Ghosn dan Pouchot bertemu di pekerjaan pertama mereka keluar dari perguruan tinggi tahun 2008 di McKinsey. Dalam lingkungan yang bergerak cepat dan didominasi pria, mereka dibimbing dan berkonsultasi satu sama lain dan simpati atas fakta bahwa mereka tidak memiliki lebih tua, wanita yang berpengalaman, mereka bisa menjangkau untuk meminta nasihat. Para wanita meninggalkan McKinsey untuk memulai Levo Liga, yang diluncurkan pada Maret.

Jenn Hyman dan Jenny Fleiss, Co-Pendiri Sewa Runway
Layanan sewa gaun yang memberikan tema wanita “momen Cinderella”. Hari ini, Sewa Runway memiliki $ 30 juta dana, 140 tim, basis pelanggan sebesar 2,5 juta dan lebih dari 25.000 gaun tersedia untuk disewa.

Cindy Gallop, Pendiri dan CEO If We Ran the World
Pada tahun 2010, ia meluncurkan If We Ran the World, sebuah platform yang mengubah ide menjadi tindakan, hanya satu tahun setelah meluncurkan situs web Make Love Not Porno. Selain itu, ia menjabat sebagai penasihat untuk startups teknologi, seperti Behance.

Deborah Jackson, Pendiri JumpThru dan Plum Alley, Co-Founder Wanita Inovasi Handphone
Dia direktur malaikat investor kelompok Biji Emas, co-pendiri Wanita Inovasi Mobile (dengan Kelly Hoey dan Veronika Sonsev), dan pendiri Plum Alley, sebuah perusahaan e-commerce untuk mempromosikan perusahaan perempuan.

Jen Bekman, CEO dan Pendiri 20 × 200
Bekman mendirikan galeri seni eponymous di Manhattan, empat tahun kemudian, ia meluncurkan 20 × 200, sebuah galeri online yang menjual cetakan mulai dari $ 20. Bekman juga pendiri Proyek Jen Bekman, yang meliputi lomba foto internasional “Hei, Hot Shot.” Sejak diluncurkan, 20 × 200 telah terjual lebih dari 180.000 cetakan.

Jess Lee, Co-Founder Polyvore
Mendirikan Polyvore, dengan cara trendspotting situs saat ini dengan 15 juta pengunjung unik, pada tahun 2007. Polyvore telah bermitra dengan fashion magnates Tory Burch, Bergdorf Goodman dan Heidi Klum untuk kampanye iklan, membantu katapel startup untuk menjadi situs fashion terbesar di web.

Rachel Sklar, Pendiri Mengubah Rasio dan TheLi.st
Melalui Ubah Rasio tersebut, TheLi.st (barunya Media usaha yang hanya menerima dana dari Yayasan Knight) dan tugas penasehat ke perusahaan termasuk Lover.ly, The Muse Harian dan Hashable. Dia mendirikan Ubah Rasio pada musim semi 2010 untuk memberikan kesadaran kepada semua wanita yang menyelesaikan pekerjaan besar.

Jennifer Pahlka, Pendiri Tata Amerika
Pada tahun 2009, ia mendirikan Kode untuk Amerika, yang menghubungkan pengembang dengan pemerintah untuk meningkatkan pelayanan bagi warga negara, melainkan menerima hibah $ 1,5 juta dari Google di 2011. Pahlka ini mungkin dikenal untuk berbicara TED-nya, Coding Pemerintah Lebih baik.

Kathryn Minshew, Alexandra Cavoulacos dan Melissa McCreery, Pendiri The Muse Harian.
Mereka meluncurkan situs pada bulan September 2011, membantu 250.000 wanita memajukan karir mereka dalam lima bulan pertama saja. Pada bulan Februari, mereka meluncurkan profil perusahaan: papan pekerjaan dan daftar yang lebih visual dan menarik dibandingkan situs karir khas.

Lisa Batu, Co-Founder dan CEO BlogHer
BlogHer menjadi perusahaan media dan jaringan iklan dengan lebih dari 40 juta pengunjung unik per bulan dan 3.000 mitra blog.

Katia Beauchamp, Co-Founder Birchbox
Dia menciptakan Birchbox dengan pendiri nya Hayley Barna, mail kotak dari empat atau lima deluxe produk kecantikan setiap bulan, sehingga lebih berpengalaman. Birchbox mencapai target penjualan tahun ketiga hanya dalam tujuh bulan.

Kellee Khalil, CEO dan Pendiri Lover.ly
Pada bulan Januari, ia meluncurkan Lover.ly, sebuah mesin pencari visual dan lembar memo awan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan; konten ditandai untuk warna, lokasi musim, dan merek untuk membuatnya sangat dicari.

Leslie Bradshaw, Presiden, COO dan Co-Pendiri JESS3

Ingat waktu itu astronot digunakan Foursquare untuk check-in dari luar angkasa? Itu baru satu contoh dari jenis out-of-ini dunia pemikiran Leslie Bradshaw mengimplementasikan di JESS3, lembaga dikenal karena pemahaman yang mendalam dari ruang digital, yang mengkhususkan diri dalam pemasaran media sosial, desain web, Infografis dan visualisasi data.

Lily Liu, Pendiri dan CEO PublicStuff
Lily Liu berpengalaman bahwa di sektor publik dengan kekuatan media sosial dan strategi mobile untuk lebih baik menghubungkan masyarakat dengan pemerintah daerah mereka. PublicStuff membantu kota menghemat $ 360.000 per tahun dengan sistem CRM yang komprehensif backend, merevolusi 311 untuk selamanya.

Jesse Draper, Pendiri dan Host The Valley Girl Show
Ia meluncurkan serangkaian web, “The Valley Girl Show” yang menampilkan wawancara dengan nama besar bisnis dan kepribadian teknologi, seperti Facebook Sheryl Sandberg, Foursquare Dennis Crowley dan lebih (acara ini sindikasi di Mashable). Pada tahun 2010, perusahaan Draper itu, The Valley Girl Media Network, dibeli Lalawag, sebuah teknologi dan blog budaya di Los Angeles.

Marci Harris, CEO POPVOX
Marci Harris melihat bahwa dunia sudah jenuh dengan layanan pelanggan, dengan satu pengecualian penting: Kongres. Begitulah, sampai ia membangun POPVOX. Mekanisme pengiriman non-partisan, yang didirikan pada 2010, memungkinkan pengguna untuk komentar publik di bawah alias; umpan balik mereka, nama dan alamat kemudian secara pribadi diarahkan ke anggota Kongres. POPVOX membuka saluran sederhana komunikasi antar anggota dan masyarakat, mempromosikan transparansi dan tindakan.

Anne Raimondi, Pendiri dan CEO One Jackson
Bayangkan One Jackson itu sebuah platform e-commerce untuk pakaian anak-anak asli yang diciptakan oleh desainer indie, dipilih oleh Anda dan diproduksi oleh orang di belakang Vince, Rag & Bone dan Tory Burch.

Victoria Ransom, Co-Founder dan CEO Wildan
Dimulai dari perusahaan kecil petualangan perjalanan telah menjadi media sosial perusahaan pemasaran yang melayani lebih dari 16.000 merek. Ransom telah ditampilkan dalam berbagai publikasi dan nama salah satu dari “25 Wanita Nonton in Music” oleh Accenture. Pada tanggal 31 Juli 2012, Ransom dan co-founder-nya Alain Chuard mengumumkan Wildan telah diakuisisi oleh Google untuk undisclosed sum.

Sandy Jen, Pendiri dan CTO Meebo
Punya satu tujuan: untuk merampingkan keterlibatan online dan koneksi. Hasilnya adalah konsumen perusahaan Internet yang menyelenggarakan Web di sekitar orang untuk akses lebih cepat ke informasi yang relevan. Pada Juni, Meebo telah mengangkat $ 62.500.000 sebelum diakuisisi oleh Google.

Sara Holoubek, Pendiri dan CEO Luminary Labs
Sara Holoubek mendirikan Luminary Labs untuk membantu perusahaan dalam transisi mengembangkan model bisnis tangguh; klien meliputi LexisNexis, BMW dan Drop.io. Sebelum mendirikan Luminary Labs, Holoubek menjabat sebagai Chief Strategy Officer untuk iCrossing dan sebagai presiden SEMPO, pemasaran organisasi perdagangan global untuk industri pencarian pemasaran. Dia juga menjabat di Dewan New York Direksi dari Step Up Jaringan Perempuan. Untuk kontribusinya terhadap masyarakat teknologi, Holoubek menerima Penghargaan Win PepsiCo pada tahun 2011.

Alexa von Tobel, CEO dan Pendiri LearnVest
Ia meluncurkan LearnVest, sebuah platform keuangan pribadi yang menawarkan konten dan perencanaan keuangan bagi perempuan, meliputi segala sesuatu dari konsolidasi utang Anda untuk menabung demi masa depan Anda. Dia menggambarkan model bisnisnya sebagai “Weight Watchers untuk memenuhi keuangan pribadi.”

Senin, 12 November 2012

Agate Studio : Nyaris Bangkrut, Tetap Komit, Lalu Mengalami Peningkatan mencapai 8.400%

Kalau kamu masih muda, tergila-gila dengan game dan ingin menjadi entrepreneur, tetapi tidak pernah mendengar “Agate Studio”, berarti kamu tidak gaul. Karena rasanya semua orang muda yang keren se-Indonesia sudah mendengar tentang sebuah startup game di Bandung yang didirikan oleh belasan orang mahasiswa ITB dengan modal nekat, passion dan kegilaan total pada game yang tidak ada obatnya. Berikut adalah obrolan saya dengan Arief Widhiyasa.

Agate start tahun 2007, semuanya masih voluntary mahasiswa, dari tahun 2007-2009 kami 5 kali ikut lomba dan semuanya kalah.

    

Hi nama saya Arief Widhiyasa, CEO dari Agate Studio , sebuah game developer di Bandung yang saat ini berjumlah 65 orang, founder Agate sendiri berjumlah 18 belas orang yang dimulai dari sekelompok mahasiswa ITB yang passionate di game development.



Because we have a dream, that life would be much happier, and game is that which drives our passion. And because we believe that by doing what we love, we can make our dreams come true.

Game Industry Review

Lima tahun belakangan game industry telah menjadi the fastest growing industry di industry digital dunia, sekarang secara size game industry sudah tripling (3x lipatnya) dari film industry, dibandingkan music, sudah hampir 2 kali lipat – kenapa bisa begitu karena basically semua orang suka main, saya setuju bahwa game itu adalah industry yang tidak akan pernah mati, kalaupun mati pasti akan ada perubahan bentuk, misalnya console yang diramalkan akan mati dalam 5 s/d 10 tahun ke depan, tetapi apakah home entertainment hilang? Tidak, karena console akan menempel pada TV,  jadi di dalam TV sudah ada gamenya, cloud misalnya, jadi kami selalu bilang, game itu future industry yang pasarnya semua orang, dari anak kecil sampai kakek nenek semua main.


Pasar game itu besar sekali, jadi tajir tiba-tiba di game itu biasa banget, misalnya WOW (World of Warcraft) pendapatan sebulannya 1,7 Triliun rupiah, recurring income per bulan. Di tahun 2010 sewaktu Mark Zuckerberg dinobatkan sebagai orang terkaya di bawah usia 30 tahun,  pemilik Youtube berada di posisi nomor 3, tidak banyak yang tahu nomor 2 nya siapa, nomor 2 adalah pembuat game online Runescape, yang menarik, waktu itu Facebook usernya 300 juta, Youtube 100 juta, Runescape hanya 3 juta dan dia sudah berada di posisi 2. Tentu hal ini dikarenakan sifat monetisasi game yang berbeda dengan social network.


Coba bandingkan pembuatan film dan pembuatan game, film Batman Dark Knight biaya pembuatannya 180 juta USD, first week launch revenue 240 juta USD, sehingga profit 60 juta USD, bandingkan dengan pembuatan game GTA 4 biaya pembuatan 100 juta USD, first week launch revenue 500 juta USD, profit 400 juta USD. Ini satu dari banyak statistic yang mencerminkan triplingnya industry game dibanding film, thanks to Facebook, devices apple dan lain-lainnya.


Untuk teman-teman yang ingin membuat game, start small saja, buat dari game yang paling kecil, fokus pada fun-nya, gimana membuat orang yang main senang dulu. Rovio sendiri untuk sukses dengan Angry Bird telah membuat 51 game gagal, jadi kalau mau sukses seperti Rovio, harus buat dulu 51 game gagal, pertanyaannya bisa tidak hidup dengan 51 game gagal dan improve setiap kali terjadi kegagalan, gampang-gampang susah tetapi potensinya besar, resepnya cuma satu, dalam prosesnya kita harus merasa fun, jika kamu merasa menjalani segala sesuatunya dengan fun bahkan dalam sehari pun kamu bisa kerja 15 jam untuk membuat game.


Melihat kurikulum computer science yang ada saat ini, saya personally tidak setuju kalau teknologi informasi dikuliahkan selama 4 tahun, maksimal menurut saya 2 tahun, ada perbedaan output kalau ditanyakan anak kuliah tahun pertama bisa buat apa, karena tergantung SMP dan SMA nya dia,  saya punya teman anak SMP bisa buat game 3d pesawat dengan DirectX, jadi ya relative, yang pasti start small, fokus di game yang bisa jadi dan bisa dimainkan, pilih yang paling disuka dan harus selesai dalam time frame 6 bulan sebelumnya.


Agate dan social game

Agate juga membuat social game, salah satunya yang kita launch di Indonesia misalnya football saga, selebihnya untuk klien/brand, misalnya shopping paradise.

Ada 5 resep utama dalam membuat game,


Yang pertama adalah pemilihan tema, kalau tema dari awal sudah salah, seterusnya akan berujung kepada kesalahan juga, misal kita tahu di Indonesia, American football tidak populer, tetapi kita pilih membuat game American football, sudah pasti tidak laku.

Yang kedua, memilih core loop, adalah aktivitas utama pemain selama bermain, misalnya social game Farmville, saya taruh tanaman, nunggu, panen, tanaman bisa dijual, dapat duit, tanam lagi. Kalau kita lihat masing-masing tahap core loop tersebut,ketika kita menanam, ada macam-macam jenis tanaman, ketika kita panen, ada variasi cara memanen, ketika kita belanja ada variasi di rumah, harus pastikan core loopnya menyenangkan.

Yang ke-tiga, “thirty days experience”, pastikan selama 30 hari pertama semua orang yang main harus senang, ada update feature, misalnya tutorial dan sebagainya.

Yang ke-empat, “first three months” , pastikan 3 bulan pertama game tersebut masih memberikan efek yang menyenangkan bagi para pemainnya. Terakhir, pastikan kita punya pipeline content mau nambah apa selama periode selanjutnya, setahun ke depan dan berikutnya sampai social game ini “habis”, rata-rata social game life cyclenya 2-3 tahun

Setelah hampir setahun Agate merilis Football Saga, kami sendiri banyak sekali belajar….. kami hanya berhasil achieve first thirty days, yang first three month kami tidak berhasil, paling hanya -1-2 bulan, di bulan ke-3 hanya yang loyal yang bertahan, saat ini masih kami maintain dan kami rencanakan pada 2012 akan kami develop sequelnya dan akan segera di release.


Kenapa Football Saga yang pertama kurang sukses menghadapi challenge first three month? Sebenarnya bisa dibilang kami baru belajar, bukan issue technical, bisa dibilang the whole experiencenya mungkin tidak membuat user terkesan, lebih seperti karya seni, misal kalau kita lihat sebuah film animasi, kita tidak bisa bilang “tangan dari tokoh animasi ayunannya salah”, tetapi the whole experience sepertinya tidak exciting.



Monetizing Game dan Sejarahnya

Berikutnya, saya ingin cerita tentang sejarah game dan cara monetizenya. Sekarang monetize game bisa dibagi menjadi B2B dan consumer game. Awal sejarah dari game adalah consumer game, dimulai dari retail game console dan PC, dari jaman Atari, artinya monetizenya dari orang belanja retail fisik.

1980 sampai 2000, bahkan sampai 2005 kebanyakan masih retail fisik, jadi ongkos retailnya mahal dan kalau tidak laku, pasti cost, di saat itu game masih merupakan sebuah komoditas yang trade-able.

Pada jaman retail console itu semua gamer dikenal dengan istilah “gamer”,  tiba-tiba ada perubahan pasar, istilah “hardcore gamer” muncul ketika tahun 2000+ muncul game-game PC yang casual seperti  Dinner Dash dan mengakibatkan secara tiba-tiba market game meluas, dan tambah parah lagi ketika 2006 Nintendo merevolusi dunia ketika merilis Nintendo Wii, seluruh keluarga yang sebelumnya tidak main game, sekarang  mulai main game

Dari tahun 2000 ke 2006, pasar mulai beralih dari fisik retail ke software.

Pasar dari tahun 2005 ke 2006 pasar global increasenya 33% karena WII, dan naik terus.

Tahun 2008, berubah lagi karena adanya social network.Ketika ada Facebook, terdapat elemen social di dalam game, di sini mulai dikenal konsep freemium.

Konsep freemium sebenarnya sudah dikenal lama sejak 2000 dengan dipelopori oleh Everquest dengan konsep MMO / Massively Multiplayer Online dengan konsep premium user, user harus bayar per bulan, misalnya World of Warcraft 15 USD per bulan, karena model business premium user semakin lama semakin tidak populer karena semakin banyaknya game, model yang terkenal adalah free to play + micro transaction, sehingga ketika social media populer, model freemium ini diadopsi dan mengakibatkan makin banyak lagi orang main, cewek-cewek juga suka main karena sifat socialnya, lebih mengerikan lagi pada tahun 2009, game mobile yang sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000 dengan adanya game bounce (dibuat oleh Rovio), game mobile makin heboh dengan keluarnya iPhone,  tahun 2009 game industry shifting besar sekali karena popularitas iPhone di game mobile, iPhone single platform dan usernya banyak, kondisi ini merubah menimbulkan prediksi baru bahwa game going to mobile, model businessnya masih sama retail software.

Sekitar 2005 di Jepang muncul teknologi di mana WAP bisa digabung dengan Java, sehingga orang bisa main game dengan animasi di HPnya di Jepang, gara-gara teknologi ini, muncullah perusahaan seperti Gree, Mobage yang popular sekali, tahun 2011, revenue mereka bisa 1,5 billion USD (15 T) dengan profit 50%, bahkan menggeser Konami, Square Enix dan lain-lain.

Business model retail lainnya adalah arcade game, B2C tapi ada perantaranya, misalnya Time Zone,  dimana developer game menjual ke perantara, perantara menjual ke consumer.

Basically game dimonetize dengan menjual experience kebahagiaan untuk si pemain.

Sedangkan kalau game dengan business model B2B biasa kita sebut “serious game” atau game yang ditujukan untuk kepentingan serius seperti advertising, training, education. 


Game Publishing

Cara publish game gimana? Ada dua cara, self publish atau pakai publisher. Kalau developer baru, kalau bisa jangan self publish, tetapi carilah publisher yang sudah besar, misalnya kita mau rilis game di iPhone, kerjasama dengan Chillingo dengan skema revenue share, kalau mau aman pakailah publisher dan lakukan pitching ke publisher atau menang dari ikut lomba.

Kalau self publish adalah kita mau menjual langsung ke customer, seperti kita jualan permen ke seluruh Indonesia, self publish ini melibatkan berbagai aspek dari marketing, PR, advertising, sales, brand building, banyak sekali, termasuk event di berbagai kota, kalau pasarnya adalah orang-orang yang main di game center, berarti harus buat event di game center, semua publisher di Indonesia pasti rutin buat event di warnet.  Karena self publish ini membutuhkan biaya besar, sehingga untuk developer baru membutuhkan fundraise dari Venture Capital untuk melakukannya.




Jatuh bangun membangun Agate

Agate start tahun 2007, semuanya masih voluntary mahasiswa, dari tahun 2007-2009 kami 5 kali ikut lomba dan semuanya kalah, waktu itu 1 game PC dan 4 game Xbox 360. Tidak mengagetkan kalau kami kalah karena kami melihat saingannya jago-jago, dari awal kami memang choose path untuk hidup di game ya beginilah yang kami jalankan, dulu kami memang buat game untuk diikutkan lomba dan setelah 5x kalah kami berubah haluan untuk memasukkan game ke market.

Di tahun 2007 kami buat game tetapi game pertama kami skalanya terlalu besar dan spend waktu hampir satu tahun, ikut lomba, kalah, gamenya pun tidak jadi, dari 100% target hanya jadi sekitar 6 % dari target, di tengah jalan beberapa teman ingin mengejar impiannya yang lain. Kami tidak menyerah, levelnya kami turunkan dari PC ke Xbox360, game di Xbox360 lalu kita lombakan lagi ke international (2008) dan kalah lagi, di tahun 2009 awal,  kami ber-7 orang (saya sendiri sedang mengejar Tugas Akhir) selama sebulan mengurung diri di suatu ruangan, sehari hanya tidur 4 jam, selimutan di depan komputer kami ber-7 bisa buat 3 game yang  diikutkan lomba, dan ujung-ujungnya 3 game ini kalah semua!

April 2009 ada salah satu tim founder yang mau lulus, karena dia mau lulus, kita semua realize kalau kita pengen banget hidup di game, tapi mana ada company yang mau terima bedol desa sebanyak 18 orang ini?  makanya kita decide buat company sendiri, patungan untuk kontrak rumah, tapi tidak cukup untuk gaji, yang kerja di awal ada 15 orang dengan gaji Rp.50,000 sebulan, di awal kami berdiri, semuanya struggling sekali.

Kami mulai tanpa skill manajemen, tanpa track record pernah membuat game yang laku.

Waktu itu jam kerja kita harus masuk kantor jam 8 pagi, selesai jam 11 malam, dengan jam kerja seperti itu saja kami harus buat rule bahwa jam 2 pagi komputer sudah harus mati, kalau tidak diatur seperti itu, pada nggak tidur sampai pagi.

Dalam kondisi seperti itu, lebih “sakit” lagi kami merekrut orang.  Pada waktu itu kita bilang “kita Cuma bisa gaji 100 ribu, jika mempunyai passion yang sama, mari kita bersama-sama mencapai impian kita..?”

Di bulan ke-3 crew agate menjadi 26 orang, masih tanpa revenue.Totally struggling .. totallygila-gilaan.

Pertama kali bisa memonetize game, tahun 2009 sebesar USD 800 dari game Zombie  simple yang dipublish di Eropa, timnya untuk membuat game itu hanya 3 orang tetapi pada saat itu tim kita sudah 16 orang. Pembelinya saat itu meng-contact kami by email.




*Jeng jeng : Me-reset Perusahaan !

Kami cukup beruntung sempat dapat coaching dari Action Coach Business Coaching sehingga kami bisa belajar management, pengelolaan perusahaan, bersikap positif dan sebagainya, gara-gara itu juga, 6 bulan setelah beroperasi, revenue growth kami naik 84 kali lipat atau 8400%, kok bisa? Kami beruntung
Sebenarnya akhir tahun 2009 kami hampir bangkrut.Saat itu kami memprediksikan untuk generate profit, menjelang akhir tahun 2009 kami harus buat game natal banyak, 20 Desember kami selesaikan game natal banyak, karena semua timyang ada kami fokuskan membuat game natal, ternyata begitu kami mau jual, semua klien sudah libur. Analisa kami tentang game natal benar tapi kami salah di timingnya.Efeknya Desember 2009 kami tidak ada pendapatan.Januari  2010 kami sudah mau bangkrut walaupun masih ada sisa profit. Saya ingat Devon waktu itu bilang ke saya, lalu kami diskusikan profit account yang waktu itu lalu kami memisahkan antara profit account dan revenue, setiap ada revenue, profitnya kami sisihkan. Apa yang kami lakukan kemudian dengan sisa profit account itu? “Bagi-bagi lalu bubarkan atau gimana ? enaknya gimana ?”“Ya sudah kayak main game saja kita reset” kita anggap seperti dari awal.Jadi yang kami lakukan, sisa profit accountnya kami pakai untuk beli furniture baru, karpet, sofa, hasilnya kantor kami lumayan mewah.Kantor kami jadi mewah padahal kami mau bangkrut.



Terus ya bisa dibilang kami tidak jadi bangkrut karena kami me-reset perusahaan, untungnya minggu-minggu berikutnya di tahun 2010 project outsource mulai datang lagi.

Dipikir-pikir lagi, kenapa waktu itu kami cepat banget bangkrutnya … salah satu sebabnya adalah  karena kami ada komitmen menaikkan gaji teman-teman jadi 2x lipat tiap bulan, di bulan Januari 2010 gaji kami sudah 800 ribu per bulan.

Bulan April 2010, hanya 4 bulan setelah me-reset perusahaan, kami dapat penghargaan revenue growth kami mencapai 8400%.

Bulan Mei 2010, kami semua senang sekali karena untuk pertama kalinya kami bisa menggaji orang di atas UMR



Zero Turnover

Our best achievement is Happiness to do what we really want to do

Kenapa turnover kami nol karena semua orang merasa membangun Agate bareng-bareng.

Tahun 2010 kami juga belajar buat product sendiri, Football Saga yang kami develop setahun, coba publish 6 bulan, kurang sukses, publisher teamnya kita tutup, develop lagi … memang panjang proses yang harus kami lalui.

Kenapa kita rapid growth-nya cepat ? karena kita punya banyak orang yang bergerak bersamaan, se simple itu.

Kita start 20-30 orang, jadi perkembangan kami cukup cepat.

Tim Football Saga paling hanya 6 orang, 20 lebih lainnya mengerjakan hal lain, sehingga proses pembelajaran kencang.

Tahun 2011 kami pindah kantor baru ..kantor barunya seru :p

Tahun 2011 kami juga buat company profile… “Some of small achievement that we want”… lalu kami tulis menang award A, award B dan lain lain…  tapi kami tulis kecil-kecil… , lalu di sampingnya kami tulis: “Tapi diantara semua itu, yang menurut kami best achievement adalah:”Happiness to do what we really want to do”. Jadi sebenarnya yang paling berharga buat kita adalah kita selalu menikmati setiap moment yang kita lalui, buat kita itu adalah penghargaan terbaik.

Sharing saya untuk teman-teman adalah kalau mau buat startup atau mau buat apapun, yang penting bahagia, jadi kami populerkan slogan “Live the Fun Way”.

“Live the Fun Way”

You may call this working, but we call this Living the Fun Way

Size kami di Agate saat ini 65 orang.

Kenapa di Agate bisa ada 65 orang ngumpul mau bergila-gila di Agate, padahal mereka secara teknikal jago-jago, kalau kerja di perusahaan minyak bisa dapat gaji 40 juta, tapi di Agate pas-pasan.

Kami semua punya mimpi yang sama, mimpi Agate simple, kami ingin berkontribusi pada dunia untuk membuat dunia lebih bahagia. Game punya kekuatan untuk mencuci otak 1 generasi, game punya kekuatan untuk meng-interrupt suatu aktivitas dan membuat suatu aktivitas lebih menyenangkan.

Misalnya kegiatan menyetir.

Kalau kita menyetir kanmembosankan, bayangkan menyetir mobil di jalan tol yang lancar, bagaimana kalau menyetir itu seperti game Need for Speed? Dimana tiap pengemudi punya ID masing-masing, kalau si pengemudi nyalipnya bagus, dia dapat good point, kalau nyalipnya jelek dan melanggar aturan dapat point jelek, kalau dapat good point bisa ditukar minuman starbucks, kalau point jelek ditangkap polisi,  “gamifaction of everything” .. bagaimana kalau 20 tahun ke depan kita bisa buat game supaya petani membajak sawahnya menggunakan traktor dengan bahagia atau gimana kita bisa buat setrikaan supaya orang yang menggunakan setrika supaya yang me-nyetrika bisa senang melakukan pekerjaannya, atau orang yang menyapu apabila semakin bersih, pointnya semakin besar.

Jadi kita ingin merubah interaksi setiap manusia, kami ingin di setiap moment mereka bisa bahagia, itu visi  yang kami percaya di Agate dan kami kejar bersama semua teman-teman di Agate, ini yang kita sebut “The Fun Way”.

Visi kami adalah membahagiakan dunia, dimanapun kami punya kesempatan membahagiakan dunia, kami akan melakukannya.

Salah satu anak Agate ada yang punya visi “asal bisa hidup sederhana berkecukupan..  “

setelah berkecukupan terus gimana ? Oh saya mau melowongkan halaman belakang untuk jadi taman di perumahan gue ..

Nah gimana kalau kita buat taman di seluruh Indonesia ?Ini adalah suatu langkah kecil kita untuk membuat dunia lebih bahagia.

Atau misalnya, kita sekarang ada project CSR tentang bagaimana kita mempelajari budaya Indonesia sebagai hal yang cool ?

Filosofi bisnis Agate memang Old School yang beda dibandingkan startup company lainnya.

Kami percaya bahwa Agate ingin membangun bisnis yang stabil dan sustain, tetapi Agate akan bertahan sampai 200-300 tahun lagi, kita ingin 10 generasi di bawah kita bisa dengan bangganya bilang bahwa Agate berhasil membahagiakan dunia.Itu yang ingin kita bangun.

Tidak ada founder Agate yang punya cita-cita untuk punya Ferrari di usia 40 ..yang penting adalah kami ingin bahagia sampai umur berapapun kehidupan kami dan juga turut membahagiakan dunia.



“Teman kita yang satu ini”

Anak-anak Agate sering menjuluki tamu yang datang ke kantor Agate dengan istilah “teman kita yang satu ini”  …

Pernah suatu saat Zynga datang ke kantor, waktu bule nya datang, anak2 Agate mendadak hening ….

Lalu bulenya masuk ruang meeting dengan muka heran mungkin mereka bertanya tanya kenapa kantor ini begitu hening.

Mereka ingin melihat game Footbal Saga yang dijalankan di platform Facebook, lalu saya membuka laptop dan login Facebook , lalu … jeng jeng ternyata anak2 Agate yang kemudian hening di dunia nyata ternyata begitu ramai di Facebook Chat menanyakan siapakah “teman kita yang satu ini ? “ …..  “bule Zynga ya ?”  …. “project baru nih” … wuah ramai sekali serasa semua crew yang ada tidak ada yang bekerja tapi malah chat di Facebook.

Transparansi

Kami ingin transparan, semua orang bisa lihat financial report Agate ..weekly report dansemester report, dimana semua orang bisa melihat performance Agate, bahkan anak magang pun boleh lihat sampai uang masuk dan uang keluar, tidak ada yang ditutupi.Kami ingin terbuka untuk semua orang.

Di Agate kami punya 5 culture :

  1. Warm Home, kami percaya di home ada family, family wajib jujur dan terbuka dengan sesamanya.
  2. Epic excellences, kami ingin semua orang mengejar excellence dari dirinya.  Misalnya ada orang baru masuk … “Kamu jagonya apa ?”   “Java”,  kerjaan pertama yang dikasih ke dia adalah pekerjaan yang dia tidak bisa, harus selesai dalam 3 hari, dia tertekan sekali langsung setres. Tapi, anak ini bilang, lingkungan di Agate sangat suportif dan positif, mereka punya mentor tempat bertanya, mereka merasa ditemani, atasan bukan hanya menyuruh mengerjakan tetapi juga mengoper tanggung jawab – memberi kepercayaan. Dengan begitu 3 hari dia bisa mengerjakan pekerjaan yang selama 4 tahun kuliah dia tidak pernah mengerjakan, artinya 4 tahun kuliah dibalas dengan 3 hari di Agate, artinya kami ingin mereka men-challenge dirinya sendiri supaya menjadi excel dalam kapasitas orang itu masing-masing.
  3. Sustainable growth, kami percaya  bahwa semua harus tumbuh, kalau tanaman tidak tumbuh berarti mati, perusahaan kalau tidak tumbuh secara profit atau sumber daya manusianya berarti perusahaan itu mati, kami selalu mengharapkan setiap orang di Agate selalu tumbuh dan tidak berada di dalam comfort zone, karena kami perusahaan yang growing terus, setiap 3 bulan kami pasti rolling system management dan terjadi pergantian struktur.
  4. World inspiration, kami ingin buat buzz dan menginspirasi dunia bahwa kita bisa kerja dengan menyenangkan, hidup dengan bahagia dan kita juga bisa men-sharing kebahagiaan itu, seperti event Indonesia Bermain yang kita buat, eventnya rugi, tapi datang ke situ kita bahagia melihat keluarga yang datang ingat bahwa waktu kecil mereka bahagia, orang tua jadi ingat bahwa mereka seharusnya menemani anaknya lebih lama, kita ingin buzz the world bahwa kebahagiaan adalah hal utama dalam kehidupan, duit banyak bukan segalanya, toh duit sedikit juga bisa bahagia.
  5. Fun way, karena kita ingin selalu bahagia maka kita harus hidup di jalan kebahagiaan.