Sabtu, 17 November 2012

Dropbox: Sebuah Kisah Tentang Startup Teknologi yang Paling Hot



Ini adalah salah satu cerita tentang Steve Jobs, sebuah cerita yang tidak pernah diceritakan, tentang sebuah perusahaan yang berhasil “pergi begitu saja” dari cengkeramannya. Jobs sudah mengikuti pergerakan seorang developer software bernama Drew Houston, yang berhasil mengutak-atik sistem file Apple sehingga logo startup miliknya, sebuah kotak yang sedang terbuka, muncul dengan elegan didalamnya. Sesuatu yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh tim SWAT Apple.

Pada bulan Desember tahun 2009, Jobs mengajak Houston dan partnernya Arash Ferdowsi untuk bertemu di kantornya. “Bagaimana Anda melakukan hal seperti itu?” kata Houston. Saat Houston mengeluarkan laptopnya untuk melakukan demo, Jobs yang mengenakan celana jeans dan leher tingginya, berkata “Saya tahu apa yang Anda lakukan.”

Apa yang dilakukan Houston adalah Dropbox, sebuah jasa penyimpanan data digital yang memiliki 50 juta user, dan terus bertambah setiap detiknya. Jobs tentunya melihat hal ini sebagai aset strategis untuk Appel. Tapi, Houston memotong kata-kata Jobs dengan berkata bahwa dia sudah memutuskan untuk membuat sebuah perusahaan besar, dan tidak akan menjualnya, siapapun status penawarnya(Houston menganggap Jobs idolanya), atau seberapa besarnya penawarannya (waktu itu dia dan Ferdowsi datang ke pertemuan tersebut dengan mengendarai Zipcar Prius).

Dropbox adalah sebuah fitur, bukan sebuah produk – Steve Jobs
Lalu Jobs tersenyum hangat dan mengatakan bahwa dia akan menargetkan pasar yang sama dengan mereka. “Dia mengatakan bahwa kami merupakan sebuah fitur, bukan sebuah produk,” kata Houston. Dengan sopan, Jobs menghabiskan setengah jam selanjutnya untuk bercerita tentang kembalinya dia ke Apple, dan tentang alasan tidak boleh mempercayai investor, seiring keduanya, terutama Houston, menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan.

Saat Jobs selanjutnya menawarkan untuk mengadakan pertemuan di kantor Dropbox di San Fransisco, Houston menawarkan agar mereka lebih baik bertemu di Silicon Valley. “Kenapa harus membiarkan musuh kita mencobanya?” kata Houston sambil mengangkat bahu. Malahan, Jobs tidak mengungkit masalah ini lagi, kemudian saat Jobs muncul di depan publik saat presentasi terakhirnya, saat dia meluncurkan iCloud, dan secara spesifik ‘menghajar’ Dropbox, dalam usahanya menyelesaikan dilemma terbesar Internet: Bagaimana cara Anda menempatkan semua file dari semua device Anda kedalam satu tempat?

Houston sangat terkejut melihat hal tersebut. Hari berikutnya di berkata pada staffnya: “Kita memiliki salah satu perusahaan yang berkembang paling cepat di dunia.” Lalu dia membuat daftar ‘meteor’ yang jatuh ke bumi (berarti perusahaan besar hebat yang tiba-tiba mengalami kejatuhan): MySpace, Netscape, Palm, dan Yahoo.

Perkembangan Dropbox juga hampir sama mengejutkannya. Jumlah user sebanyak 50 juta adalah hasil peningkatan sebanyak tiga kali lipat dari tahun lalu, dan sudah menyelesaikan masalah ‘freemium’, dengan penghasilan sebesar 240 juta dolar pada tahun 2011 walaupun 96% penggunanya tidak membayar apapun. Dengan hanya 70  orang staff, sebagian besarnya adalah developer, Dropbox memiliki penghasilan rata-rata per pekerja lebih banyak tiga kali lipat daripada bisnis serupa, Google. Houston mengatakan bahwa Dropbox sudah bisa menghasilkan keuntungan, tapi menolak menyebutkan range keuntungannya.

Hal ini tentunya makin membaik. Ke-96% pengguna yang tidak membayar memasukkan data mereka ke Dropbox dengan sangat cepat, terhitung ribuan orang menggunakan 2 gigabyte kapasitas penyimpanan dan mengupgrade kapasitasnya ke 50 giga (dengan harga $10 per bulan) atau 100 giga (dengan harga $20 per bulan). Walaupun Houston tidak memiliki pelanggan baru selama tahun 2012, penjualannya tetap akan meningkat dua kali lipat. Selagi kita menghitung ini, Houston berkata, “Tapi tentunya kami akan mendapat banyak sekali pelanggan baru.”

Dropbox sudah menjelma menjadi sebuah kata kerja dalam satu tahun terakhir (“Dropbox saja kepada saya” atau “Dropbox me”), dan Silicon Valley juga sudah memperhatikan hal ini. Saat mencapai tahun 2008, Houston sudah menghasilkan 7.2 juta dolar, jumlah dana yang cukup, bersama dengan bisnis model yang kuat, untuk membawanya menjadi seperti sekarang. Bulan Agustus kemarin, Houston memutuskan untuk mengundang tujuh firma usaha elit dari Silicon ke penginapan Dropbox di San Fransisco selama 4 hari, dan meminta penawaran mereka pada hari selasa selanjutnya.

Hanya satu yang kembali padanya dengan cepat. Satu malam sebelum penawaran tersebut berakhir, kepala pengembangan bisnis Dropbox, menyarankan pada Houston untuk menunda atau memperpanjang penawaran itu. Houston menjawabnya dengan “Kita bilang penawaran tersebut berakhir hari Selasa. Sekarang belum hari Selasa.”

Dengan keyakinan seperti itu, pada pagi hari berikutnya, semua firma tersebut kembali dengan antusias. Houston lalu membuat kesepakatan yang dilakukan pada akhir September, yang memasukkan Index Ventures sebagai lead, Sequoia, Greylock, Benchmark, Accel, Goldman Sachs dan RIT Capital Partners.

Tak lama kemudian, Dropbox yang baru berumur lima tahun berhasil raise fund dari investor sebesar 250 juta dolar dengan penaksiran/penilaian sebesar 4 milyar dolar. “Ini adalah perusahaan yang Hot,” kata salah satu investor yang tidak dapat bagian. “Semua orang ingin menjadi bagian dari perusahaan ini.” Houston memiliki 15% sahamnya, di atas kertas bernilai 600 juta dolar.

Saya harus belajar bagaimana cara untuk menjadi besar
Duduk di atas kursi Aeron, dua minggu setelah kesepakatan dilakukan, tepat didepan neon sign yang bertulisan “ITJUSTWORKS”, Houston merenungkan apa yang harus dia lakukan dengan 250 juta dolar dalam kasnya. Kantor mereka yang berupa satu ruangan akan segera berganti dengan kantor seluas 85,000 meter persegi dengan pemandangan laut, seiring dengan penambahan staff dari 70 ke 200, yang tetap merupakan jumlah yang kecil dibandingkan ukuran perusahaan tersebut. Dan sekarang dia akan melihat apakah dia bisa membuktikan janjinya kepada Steve Jobs untuk membuat perusahaan yang besar, atau jatuh seperti MySpace sesuai prediksinya. “Saya harus belajar bagaimana cara untuk menjadi Besar.” Katanya.



Suatu tengah malam sebelum Senin, Houston mengubah sebuah bar di San Franscisco’s W Hotel, menjadi sebuah “pesta persaudaraan”. Yang pertama tiba adalah Adam Smith, yang merupakan seorang rekan di Massachusetts Institute of Technology sebelum mengundurkan diri untuk memulai perusahaan pencarian email, Xobni. Lalu datanglah Chris, Jason dan Joe (yang memiliki tato Dropbox di lengannya kerena merasa bahwa Drew sedang mengubah dunia), lalu lebih banyak saudaranya dari MIT, mereka yang memiliki mimpi yang mereka sebut “Billionaires, Bottles, and Babes.” Dengan seorang kekasih di gandengan mereka, Smith dan Houston meminum Pinot dan mengenang musim panas yang mereka habiskan untuk melakukan coding dengan menggunakan boxer karena A/C mereka rusak. “Hari-hari itu sudah lewat,” kata Houston sambil tersenyum dan merangkul Smith. “Hanya saya dan code. Tidak ada kegiatan merekrut dan memecat seperti sekarang.”

Houston dengan jelas memiliki kekuatan tersendiri saat berada di grup ini – dia bahkan menciptakan lagi pengalaman kehidupannya di San Fransisco, dipindahkan ke sebuah bangunan tempat Smith dan sepuluh entrepreneur lainnya berada. Jika keluar dari universitas merupakan titik balik bagi Bill Gates, Michael Dell, dan Mark Zuckerberg, maka tetap bertahan didalamnya juga sama besar pengaruhnya untuk Houston, terutama pengalamannya bersama saudara-saudaranya.

Sifatnya tentang “just-me-and-my-code”, ternyata sudah tertulis dalam DNA-nya. Ayahnya adalah insinyur kelistrikan dari Harvard, dan Ibunya adalah seorang penjaga perpustakaan di masa SMA. Bertumbuh di pinggiran kota Boston, dia sudah mulai mencoba mengerjakan sesuatu dengan IBM PC Junior di umur lima tahun. Ibunya, yang dengan tepat menebak bahwa dia akan menjadi maniak koding,  membuat Houston belajar bahasa Perancis, pergi bersama teman-temannya, dan menolak saat dia meminta untuk loncat kelas. Selama musim panas di New Hampshire, ibunya membawa pergi komputernya, bahkan saat Houston mengeluh karena bosan di daerah hutan. “Dia sangat ingin membuat saya normal seperti anak lain, dan saya mengapresiasinya sekarang.”

Saya ingin menjalankan sebuah perusahaan computer
Pada saat berumur 14 tahun, Houston mendaftar pada beta testing untuk sebuah online game, dan mulai menunjukkan semua celah keamanan yang ada. Mereka lalu segera merekrutnya sebagai network programmer, dengan imbalan ekuitas. Tahun itu, pada saat ada perkumpulan di sekolahnya, seorang pembicara bertanya pada mereka: “Angkat tangan jika Anda tahu Anda akan menjadi seperti apa saat dewasa.” Houston adalah satu-satunya anak yang mengangkat tangannya diantara 250 anak lainnya. “Saya ingin menjalankan sebuah perusahaan computer.” Dia sudah mulai menjalankan startupnya sepanjang masa SMA dan kuliahnya. Dropbox adalah startup keenamnya.

Di tahun pertamanya di MIT, usaha ibunya sepertinya sia-sia. Kebanyakan waktunya dihabikan untuk coding. Dia akhirnya terpengaruh oleh buku Emotional Intelligence yang ditulis oleh Daniel Goleman, tentang “Pintar tidaklah cukup” jika dia ingin menjalankan sebuah perusahaan. Maka dia menghabiskan musim panas selanjutnya untuk membaca buku bisnis. “Tidak ada orang yang terlahir sebagai CEO, tapi tidak ada yang mengatakan hal itu pada Anda,” kata Houston. “Cerita dari majalah membuat seolah Mark Zukerberg bangun pada suatu hari dan memiliki keinginan untuk mendefinisikan ulang cara dunia berkomunikasi. Tapi kenyataannya tidak begitu.” Lalu dia mendaftarkan diri ke beberapa kesibukan dan posisi di dunia sosial.

Saat Adam Smith meninggalkan rumah pada bulan September 2006 untuk memulai Xobni di San Fransisco, membuat Houston termotivasi. “Jika dia bisa melakukannya, maka saya juga bisa,” kata Houston. “Saya ingin menjalani hidup seperti yang saya impikan.”

Ide untuk melahirkan Dropbox datang tiga bulan kemudian saat sedang menaiki bus ke New York. Dia berencana untuk bekerja selama empat jam perjalanan dari Boston, tapi lupa untuk membawa USB-nya, yang ada hanya laptop dan tidak ada kode yang bisa dia selesaikan. Frustasi, dia segera membangun teknologi untuk meng-sinkronisasikan file melalui internet. Empat bulan kemudian, dia terbang ke San Fransisco untuk menjelaskan idenya kepada Paul Graham dari inkubator bernama Y Combinator.


Tapi Graham bersikeras agar dia memiliki seorang co-founder (rekan pendiri) sebelum mengirimkan proposalnya. Houston membutuhkan dua minggu untuk menemukan orang yang tepat. Seorang teman mereferensikannya kepada Ferdowsi, putra satu-satunya dari seorang pengungsi Iran, yang sedang belajar ilmu komputer di MIT. Mereka berbicara selama dua jam di Boston, dan merasa cocok di pertemuan kedua mereka. “Sudah seperti menikah,” ungkap Houston. Ferdowsi keluar dari sekolah padahal waktunya hanya tinggal enam bulan.

Dropbox mendapat 15,000 dolar dari Y Combinator, cukup untuk menyewa apartemen dan membeli sebuah Mac. Dengan keinginan untuk membuat Dropbox bekerja di setiap komputer, dia menghabiskan 20 jam dalam sehari untuk mewujudkannya.

Dropbox menyelesaikan masalah yang baru, dimana semua orang membawa satu atau dua telepon, atau mungkin sebuah tablet, tapi memiliki file yang tersebar di beberapa PC, laptop, atau gadget mobile. “Banyak peralatan yang Anda miliki makin canggih, televisi, mobil, dan artinya akan makin banyak data yang betebaran,” kata Houston. “Harus ada sebuah benang yang menghubungkan semua peralatan ini. Itulah yang kami lakukan.”
Setelah sekali mendownload aplikasi Dropbox, siapapun bisa menyimpan file apapun di ‘cloud’. Setelah file tersebut sudah berada disana, mereka bisa diakses dari device manapun dan bahkan mengajak orang untuk melihatnya juga. Update dari salah satu mesin akan otomatis muncul di tempat lain.

Berbulan-bulan kemudian, mereka berdua mempresentasikan Dropbox di event yang diadakan Y Combinator. Segera setelahnya, seorang pria datang dan berbicara pada Ferdowsi. Pejman Nozad mulai berinvestasi selama masa internet dengan cara menukarkan iklan dengan saham dalam startup, termasuk PayPal. Dalam beberapa hari dia mengajak Houston dan Ferdowsi di depan Sequoia, firma tersebut adalah firma yang membacking Google dan Yahoo, menyatakan dengan salah bahwa Dropbox sedang memiliki beberapa penawaran dari Venture Capital (padahal tidak demikian). “Pada dasarnya dia adalah ‘germo’ kami,” kata Houston.

Kotak Pizza ada di mana-mana dan selimut bertebaran di sudut ruangan
Michael Moritz, partner senior Sequoia, datang ke apartemen milik Houston dan Ferdowsi pada hari Sabtunya. “Kondisi mereka sangat suram,” kenang Moritz. Kotak Pizza ada di mana-mana dan selimut bertebaran di sudut ruangan. Dia berkata pada partnernya untuk melakukan kesepakatan tersebut, dan Dropbox mendapat funding sebesar 1.2 milyar dolar. “Saya sering melihat berbagai perusahaan yang mencoba menyelesaikan masalah semacam ini, seperti Plaxo,” kata Moritz. “Perusahaan besar akan mengejar produk ini, saya rasa. Saya percaya bahwa mereka memiliki kecerdasan dan stamina yang cukup untuk mengalahkan orang lain.”

Houston dan Ferdowsi menghabiskan setahun berikutnya untuk bekerja keras. Mereka adalah orang yang perfeksionis. Suatu kali Houston harus menginspeksi sebuah kopian Windows XP untuk Swedia karena memiliki sebuah kode khusus yang sedikit menghambat Dropbox. Ferdowsi bersama seorang desainer menghabiskan banyak waktu untuk mengatur bayangan tombol Dropbox di dalam sistem file Mac. Sedikit lebih gelap dari tombol yang ada di Apple, dan hal itu membuatnya “gila” selama berminggu-minggu. “Sayalah penjaga gerbangnya di sini, dan semuanya harus sesuai.” Jelas Ferdowsi.
Dropbox tetap ‘ramping’, sehingga memungkinkannya untuk tetap bertahan di masa krisis. Pada tahun 2008 hanya ada delapan pekerja dan 200,000 pelanggan. Dua setengah tahun berikutnya sudah ditambahkan lima orang pekerja. Tapi, jumlah pelanggan naik sepuluh kali lipat.
Houston dan Ferdowsi berpindah kantor lagi dan seringkali tertidur pada saat bekerja. Mereka menjawab setiap email untuk customer service, dan mengabaikan email dari Venture Capital mereka. Mereka bermain dengan periklanan. “Itulah yang harus Anda lakukan, pekerjakan seorang marketing, dan belilah Google AdWords,” kata Houston, “dan kami sangat parah dalam hal itu.”

Mereka harus membayar 300 dolar untuk mendapat satu pelanggan baru. Tantangan mereka adalah memasarkan sebuah produk yang menyelesaikan masalah yang tidak mereka sadari, sebuah produk yang belum mereka cari. Sejak awal Ferdowsi bersikeras agar home page Dropbox haruslah sebuah halaman sederhana dengan video ‘stick man’ yang menjelaskan apa yang dikerjakan produk ini. Tidak ada daftar fitur dan harga, melainkan sebuah cerita tentang seseorang yang kehilangan barang-barangnya saat berkelana di Afrika.

Jadi daripada beriklan, mereka mengubah pelanggan yang sedikit tapi loyal untuk menjadi salesman, dengan memberikan 250 megabyte gratis untuk setiap referensi yang mereka berikan. Seperempat dari semua pelanggan baru Dropbox datang dengan cara ini. Dalam waktu dua setengah tahun, efek ‘snowball’ ini sudah menghasilkan valuasi sebesar 4 milyar dolar.

Kesempatan yang datang kepada Drew Houston menunjukkan dirinya lagi beberapa bulan yang lalu dalam makan siang bersama seorang VC, Ron Conway, Belvedere, Calif. Selagi Houston dengan hati-hati mempresentasikan apa yang bisa dilakukan Dropbox, dia dipotong dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Steve Jobs beberapa tahun lalu: “Saya tahu, saya selalu menggunakannya.” Daripada seorang CEO teknologi, teman minumnya adalah seorang rapper bernama Will.i.am dari Black Eyed Peas, yang berkata pada Houston bahwa dia menggunakan Dropbox dalam kolaborasinya dengan produser David Gutta dalam hit-nya “I Got A Feeling.”

Banyak sekali info serupa yang masuk. Setelah seorang mahasiswa hukum kehilangan laptopnya selama ujian akhir, dia berkata seperti ini: “Tanpa Dropbox, saya akan gagal lulus dari sekolah hukum ini dan akan tinggal di bawah kolong jembatan.”

Sebuah firma desain jam, berlokasi di Venice, Itali, menggunakan Dropbox untuk membuat karya baru bersama seorang desainer di Mendoza, Argentina, file 3D yang besar bisa digunakan dengan nyaman di ‘Cloud’.

Sukarelawan di Haiti mendapat data yang up-to-date dari yang meninggal dan membagikan data tersebut dengan Miami dan kota lain. Tim olahraga professional menyimpan video permainan lawannya, sehingga bisa diakses dimanapun tim sedang berada. Pada hari Thanksgiving terakhir, bahkan Ferdowsi yang sedang menggunakan hoodie Dropbox mendapat sapaan yang ramai dari truk berisi banyak remaja dalam sebuah lokasi di Kansas, kota kediamannya. “Saat itulah saya tahu kami akan sukses,” kata Ferdowsi.

Houston percaya bahwa Dropbox akan mengantarkan cara baru dalam dunia komputer, di mana orang-orang tidak akan terikat pada data. “Data yang akan mengikuti Anda.”
Untuk melakukan hal ini, Dropbox harus mengatur volume yang besar dan kompleksitas yang tinggi-selagi membuat semua kerumitan itu tidak terlihat oleh penggunanya. Setiap hari hampir 350 juta file disimpan di Dropbox (data dalam dan yang baru disimpan), yang harus dengan lancar diantarkan dalam setiap perangkat. Houston dan koleganya sudah membuat jalur untuk 18 sistem operasi yang berbeda, empat browser dan tiga sistem operasi mobile. Bahkan untuk setiap update software yang dikeluarkan, Dropbox harus memastikannya tetap berjalan.

Pada bulan Juni, kebobolan password terjadi dan melibatkan 68 akun, menekankan resiko yang dipegang Houston karena perusahaannya memegang kunci ke data penting milik 50 juta penggunanya. “Saya tidak bisa mengungkapkan seberapa rasa bersalah saya,” tulisnya dalam email yang dikirimkan ke user yang diekspos, ditambah dengan nomor telepon personalnya. “Dropbox adalah hidup saya.”

Ada juga isu tentang kompetisi. Houston membacakan daftar yang dimilikinya: “Apple, Google, Microsoft, Amazon menghadang jalan kami, lalu ada juga IDrive, YouSendIt, Box.net, dan milyaran startup lain, bahkan email.” Walau dia percaya bahwa Dropbox akan melesat dalam waktu lima tahun, dia sangat menakuti iCloud, yang tentunya akan digunakan oleh 222 juta penggunanya yang membeli iPhone, iPods, dan iPads, dan juga Google Drive (satu milyar orang mengunjungi Google setiap bulannya, dan 190 juta orang sudah menggunakan Perangkat Android).

Jadi Houston harus melawannya dengan menggunakan sebagian besar dananya untuk ubiquity. Dia melindungi dirinya dari Google dengan kesepakatan baru dengan HTC, yang akan membuat Dropbox sebagai storage cloud yang default untuk setiap perangkat Androidnya. Kesepakatan dengan enam firma lain juga hampir selesai; PC dan televisi akan diurus selanjutnya. Houston sudah mempekerjakan sebuah tim untuk mengembangkan bisnis Dropbox. Beberapa ratus developer luar sudah membuat aplikasi untuk Dropbox.

Houston harus lebih mendelegasikan pekerjaannya. Bisnis kecilnya sekarang sudah makin besar. Dan rekan lamanya tetap menjadi CFO perusahaannya. Sebuah langkah besar bagi seorang maniak kode menjadi pengelola bisnis teknologi.

Bulan lalu Houston menghabiskan satu sore dengan Mark Zuckerberg untuk mencari cara untuk berkolaborasi. Setelah dia keluar dari kediaman Zuckerberg, Houston menyadari adanya penjaga yang ada disana sepanjang hari. “Saya tidak yakin ingin memiliki kehidupan seperti itu.” Lalu masuk kedalam Zipcar-nya dan menyetir kembali ke San Fransisco.

startupbisnis




Tidak ada komentar:

Posting Komentar